Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi perilaku aneh hewan saat gerhana bulan (flickr.com/Ed Dunens)
Ilustrasi perilaku aneh hewan saat gerhana bulan (flickr.com/Ed Dunens)

Intinya sih...

  • Burung panik seperti dikejar predator

  • Jangkrik dan serangga malam salah waktu

  • Kelelawar keluar lebih cepat

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gerhana bulan total selalu jadi tontonan langit yang menakjubkan bagi manusia. Namun, di balik keindahannya, fenomena kosmik ini justru bisa membuat dunia hewan kacau balau. Perubahan cahaya mendadak membuat banyak spesies kehilangan orientasi, seakan malam tiba dua kali dalam satu hari.

Para ilmuwan mencatat, hewan-hewan mulai dari burung, serangga, hingga primata menunjukkan perilaku yang tidak biasa saat bayangan Bumi menutupi wajah bulan. Dari kepanikan massal hingga kebingungan ritme hidup, gerhana bulan total benar-benar menjadi eksperimen alam yang mengejutkan.

1. Burung panik seperti dikejar predator

Ilustrasi burung yang terbang di bawah gerhana bulan (freepik.com/wirestock)

Burung dikenal peka terhadap perubahan cahaya dan suara. Saat gerhana bulan total, banyak burung yang tiba-tiba beterbangan kacau, mirip seperti sedang menghindari predator. Menurut penelitian dari Cornell Lab of Ornithology, aktivitas vokalisasi burung meningkat drastis saat gerhana terjadi karena perubahan cahaya membuat mereka bingung apakah siang atau malam sudah tiba—dilansir dari laman resmi Cornell Chronicle di bawah naungan Cornell University.

Fenomena ini bahkan bisa memicu “panic flight” atau penerbangan massal yang berbahaya bagi burung itu sendiri. Perubahan mendadak dalam pola migrasi sementara juga tercatat di beberapa wilayah yang dilintasi gerhana. Para peneliti menyebut perilaku ini sebagai disruption of circadian rhythm atau "gangguan ritme sirkadian".

Artinya, gerhana bulan tidak hanya indah untuk manusia, tapi bisa menjadi ancaman ekologis bagi burung yang hidup berkelompok. Kekacauan singkat ini menunjukkan betapa rapuhnya keseimbangan antara cahaya malam dan perilaku satwa liar.

2. Jangkrik dan serangga malam salah waktu

Ilustrasi gerhana bulan yang membuat serangga lebih aktif (freepik.com/rawpixel.com)

Ketika bulan tertutup bayangan Bumi, suasana gelap membuat serangga malam seperti jangkrik, belalang, dan bahkan kunang-kunang berperilaku seakan malam baru saja dimulai. Penelitian dari Government Digvijay Autonomous PG College menjelaskan bahwa suara serangga meningkat saat gerhana, karena mereka salah membaca sinyal cahaya alami.

Efeknya, terjadi “orkestra malam” mendadak yang bisa terdengar lebih intens daripada biasanya. Hal ini berlangsung hanya selama fase totalitas gerhana, lalu perlahan mereda begitu cahaya bulan kembali muncul.

Bagi ekosistem, kekacauan ini bisa berpengaruh pada predator yang bergantung pada serangga sebagai sumber makanan. Katak, kelelawar, dan burung malam bisa mendapat “bonus makan malam kilat” hanya karena gerhana bulan berlangsung beberapa menit.

3. Kelelawar keluar lebih cepat

Ilustrasi kelelawar yang lebih aktif menjelang gerhana bulan (freepik.com/pikisuperstar)

Kelelawar adalah hewan yang sangat bergantung pada kegelapan untuk mencari makan. Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Bat Research & Conservation menemukan bahwa kelelawar sering keluar lebih cepat dari biasanya saat gerhana bulan total, karena mereka mengira malam telah tiba lebih awal.

Dengan radar ekolokasi, kelelawar segera berburu serangga yang juga salah waktu keluar. Ini menciptakan “perangkap kosmik” di mana predator dan mangsa sama-sama tertipu oleh cahaya bulan yang hilang seketika.

Namun, perubahan mendadak ini tidak selalu menguntungkan. Beberapa kelelawar justru terjebak dalam kebingungan, terbang dalam pola tak beraturan, dan akhirnya kembali ke tempat persembunyian lebih cepat dari biasanya.

4. Primata gelisah dan menolak makan

Ilustrasi primata yang gelisah saat menghadapi gerhana bulan (unsplash.com/Lesly Derksen)

Di Atlanta, Georgia, penelitian lapangan mencatat bahwa simpanse (Pan troglodytes) menunjukkan kecemasan tinggi saat gerhana bulan. Menurut laporan dari American Journal of Primatology, kaum primata itu umumnya berkumpul erat, mengeluarkan suara protes, bahkan ada yang menolak makan hingga gerhana berakhir.

Perilaku ini diduga berkaitan dengan insting evolusioner primata yang selalu waspada terhadap perubahan lingkungan mendadak. Gerhana bulan dianggap sebagai “anomali kosmik” yang membuat mereka merasa tidak aman.

Fakta ini memperlihatkan bahwa tidak hanya manusia yang memiliki rasa takut terhadap fenomena langit, tapi juga hewan-hewan dengan kecerdasan sosial tinggi seperti primata.

5. Ayam dan hewan unggas kebingungan

Ilustrasi unggas yang kebingungan saat gerhana bulan (unsplash.com/Wolfgang Hasselmann)

Hewan ternak pun tidak luput dari kebingungan. Unggas, misalnya, sering kembali ke kandang dan bertengger seolah malam tiba lebih awal. Menurut laporan dari Smithsonian Magazine, ayam dan beberapa jenis unggas akan diam dan tidur, lalu kembali aktif begitu cahaya bulan muncul lagi.

Sapi dan kambing juga kadang menunjukkan tanda-tanda gelisah, mengeluarkan suara lebih sering, bahkan berkumpul rapat seperti mengantisipasi bahaya. Anjing peliharaan pun dilaporkan menggonggong lebih intens saat gerhana bulan.

Fenomena ini menegaskan betapa pentingnya cahaya dalam mengatur perilaku hewan domestik. Bahkan sedikit perubahan di langit bisa menciptakan kepanikan kecil di kandang dan halaman rumah.

Gerhana bulan total tidak hanya indah dipandang mata manusia, tapi juga menciptakan panggung drama bagi dunia hewan. Dari burung yang panik, serangga yang salah waktu, hingga monyet yang gelisah, semuanya menunjukkan betapa erat hubungan antara ritme kosmik dengan kehidupan di bumi.

Fenomena ini sekaligus mengingatkan kita bahwa langit bukan hanya untuk ditonton, tetapi juga memengaruhi ekologi secara langsung. Jadi, saat menyaksikan gerhana bulan total berikutnya, ingatlah: mungkin ada ayam yang kebingungan, jangkrik yang bernyanyi lebih keras, atau monyet yang resah—semua ikut merayakan misteri kosmik ini dengan cara mereka sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team