Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi hewan chiton salah satu hewan bermata paling banyak di dunia
Ilustrasi hewan chiton salah satu hewan bermata paling banyak di dunia (flickr.com/Ron Wolf)

Intinya sih...

  • Chiton memiliki ribuan mata kristal aragonit yang membentuk gambar sederhana dan sensitif terhadap bayangan.

  • Scallop memiliki 200 mata biru dengan dua retina, memungkinkan untuk mendeteksi perubahan lingkungan dengan peka.

  • Ubur-ubur kotak memiliki 24 mata yang membantu navigasi tanpa otak, seperti metafora tentang cinta yang kembali tanpa banyak alasan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada hewan-hewan di bumi ini yang tidak puas hanya dengan dua mata. Mereka tidak sekadar melihat; mereka memungut cahaya, mengolah bayangan, dan membaca dunia dengan cara yang begitu rumit hingga manusia hanya bisa tertegun. Mereka memandang hidup dengan beragam lensa kecil, ratusan, bahkan ribuan—seolah ingin memahami segala arah, seakan hendak menangkap segala kemungkinan sebelum semuanya hilang.

Melihat dunia bukan hanya tentang menangkap cahaya, tetapi tentang bagaimana kita menghadapi yang terlihat dan tidak terlihat. Hewan-hewan ini seperti sedang mengajarkan kita bahwa untuk memahami seseorang, mungkin kita memang perlu lebih banyak cara melihat. Lebih dari sekadar dua mata, lebih dari sekadar satu perspektif. Mari kita intip makhluk-makhluk yang memandang hidup dengan cara yang tak biasa—istimewa!

1. Chiton, seribu mata dari kristal aragonit

Ilustrasi chiton yang punya seribu mata dari kristal aragnonit (flickr.com/Ron Wolf)

Chiton adalah hewan laut yang tampak sederhana, tapi menyimpan struktur visual paling romantis sekaligus paling aneh. Ia memiliki ratusan hingga ribuan mata kecil yang tertanam langsung pada cangkangnya, dibuat bukan dari protein seperti mata hewan lain, melainkan dari kristal aragonit. Menurut Jurnal Science, mata-mata ini mampu membentuk gambar sederhana—seolah cangkangnya adalah galeri kecil yang penuh lensa kristal.

Cara chiton melihat tidak hanya teknis, tetapi puitis. Ia sensitif terhadap bayangan yang jatuh di permukaan laut, seperti seseorang yang mengenali kehadiran kekasih dari perubahan cahaya di dinding. Mata-mata kristalnya bisa 'melihat' predator mendekat dari kejauhan dan memicu tubuhnya untuk menutup rapat seakan menarik selimut saat malam terlalu dingin. Evolusi memberinya ribuan cara untuk memahami dunia tanpa berpindah tempat.

Dalam banyak ulasan sains populer, chiton dijuluki sebagai 'hewan berseribu mata'—dan mungkin layak. Karena menurut penelitian beberapa spesies mampu mengembangkan 1.000 hingga 2.000 unit visual, dan setiap unit seakan menjadi fragmen kecil dari satu cerita besar tentang bagaimana makhluk ini mengamati cahaya lautan.

2. Scallop punya 200 mata biru, mengingatkan pada laut dan rindu

Ilustrasi scallop yang punya banyak tentakel dan mata (commons.wikimedia.org/Olivier Dugornay)

Scallop adalah kerang yang menyembunyikan pesona visual yang nyaris mistis. Di sepanjang tepi mantelnya, ia memiliki 100—200 mata biru kecil yang berkilau seperti deretan bintang mini. Current Biology menjelaskan bahwa tiap mata memiliki dua retina, sebuah sistem visual yang bahkan manusia tidak punya. Setiap retina itu merekam cahaya dengan cara berbeda, membuat scallop mampu mendeteksi perubahan lingkungan dengan peka.

Warna biru matanya bukan sekadar estetika; menurut penelitian yang sama, pendar biru itu berasal dari cermin cembung mikroskopis yang memantulkan cahaya masuk. Mata mereka bekerja seperti ruangan kecil yang memantulkan memori, seperti seseorang yang menyimpan kenangan dalam bentang cahaya. Cara mereka melihat dunia adalah perpaduan antara biologi dan puisi, antara cahaya dan ingatan.

Ketika scallop membuka cangkangnya, ratusan mata itu melihat segala arah sekaligus. Ada sesuatu yang melankolis di sana, seolah setiap mata adalah fragmen perasaan yang dulu pernah hilang, lalu kembali berkedip setiap kali laut memberi cahaya baru. Evolusi memberi scallop kemampuan melihat dunia dengan ratusan tatapan—mengingatkan kita bahwa rindu pun sering memandang dari banyak sisi.

3. Ubur-ubur kotak punya 24 mata yang tahu arah pulang tanpa otak

Ilustrasi ubur-ubur kotak yang punya 24 mata tanpa otak tapi tahu jalan pulang (commons.wikimedia.org/Will Fisher)

Ubur-ubur kotak (box jellyfish) adalah makhluk yang lembut sekaligus mematikan. Namun, di balik sengatannya, ia menyimpan sistem visual yang membuat para ilmuwan tercengang, yaitu 24 mata yang tersebar dalam empat klaster atau rhopalia. Journal of Experimental Biology mencatat bahwa beberapa mata itu memiliki lensa, memungkinkan ubur-ubur kotak mengenali bentuk benda. Tentunya kemampuan ini jarang dimiliki oleh hewan tanpa otak kompleks.

Yang lebih aneh, menurut studi yang sama, mata-mata ini membantu box jellyfish menavigasi lingkungan dengan mengejutkan akurat. Ia bisa menghindari objek, mencari habitat mangrove, bahkan memperkirakan arah cahaya. Semua itu dilakukan dengan sistem saraf sederhana—seolah ada intuisi yang menggantikan logika. Ia tahu jalan pulang, bahkan ketika tidak ada 'pikiran' untuk memandu.

Dalam banyak interpretasi ilmiah populer, cara box jellyfish melihat dunia adalah metafora tentang cinta; terkadang, seseorang tidak butuh banyak alasan untuk kembali. Cukup cahaya kecil dari kejauhan, dan 24 mata yang selalu mengingat arah jalan pulang.

4. Belangkas, hewan purba bermata 10 yang setia pada cahaya bulan

Ilustrasi belangkas yang jadi hewan purba bermata sepuluh (commons.wikimedia.org/Doreen)

Belangkas adalah fosil hidup berusia 450 juta tahun, tetapi cara ia melihat dunia tetap memikat. Ia memiliki 10 mata, termasuk dua mata majemuk besar di sisi tubuh, lima di punggung, dan beberapa di bagian bawah tubuh. Biology and Conservation of Horseshoe Crabs mencatat bahwa mata-mata ini memiliki sensitivitas luar biasa terhadap cahaya ultraviolet, membantu belangkas berorientasi di bawah sinar rembulan.

Pada musim kawin, menurut penelitian yang sama, belangkas menggunakan sensitivitas UV-nya untuk menemukan pasangan di pantai. Ia mengikuti cahaya bulan seperti seseorang yang mengikuti kenangan lama—perlahan, setia, tanpa tergesa. Cara ia berjalan mengikuti sinar lembut itu seperti ziarah kecil menuju sesuatu yang penting dalam hidupnya.

Belangkas bukan hewan yang romantis secara manusiawi, tetapi evolusi membuatnya puitis tanpa disadari. Ia adalah pengingat bahwa makhluk purba pun tahu bagaimana caranya menyusuri gelap demi satu cahaya yang tetap ia percayai. Kadang cinta memang sesederhana itu.

5. Laba-laba punya delapan mata, delapan cara memahami dunia

Ilustrasi laba-laba punya delapan mata dan delapan cara memahami dunia (commons.wikimedia.org/Karthik Easvur)

Laba-laba tidak memiliki ratusan mata, tapi cara kerja 8 matanya termasuk keajaiban evolusi yang intim dan presisi. Journal of Comparative Physiology A menyebut bahwa tiap mata laba-laba memiliki peran berbeda; mata utama untuk fokus dan warna, mata samping untuk gerakan cepat, dan mata lainnya untuk kedalaman ruang. Dengan sistem ini, laba-laba peloncat (jumping spider) punya resolusi visual tertinggi di antara artropoda.

Menurut studi tersebut, laba-laba dapat menilai jarak, mempelajari rute, dan membuat keputusan visual yang kompleks. Cara mereka menatap mangsanya seperti seseorang yang menatap masa depan dengan penuh perhitungan. Hening, fokus, dan tepat. Detail bagi mereka bukan pilihan—melainkan cara bertahan hidup.

Romantisme laba-laba bukan pada jumlah matanya, tetapi pada intensitas tatapannya. Kadang cinta juga begitu, bukan banyaknya cara melihat, melainkan ketepatan satu tatapan yang benar-benar mengerti kita.

Dalam dunia hewan, mata bukan hanya organ. Ia adalah strategi bertahan hidup, bahasa cahaya, sistem ingatan, dan cara berdialog dengan dunia. Chiton punya ribuan mata kristal. Scallop punya ratusan mata biru. Ubur-ubur kotak punya mata berlensa tanpa otak. Belangkas menemukan cinta lewat sinar UV. Laba-laba membaca hidup lewat delapan tatapan presisi.

Sedangkan, manusia? Kita mungkin hanya punya dua mata, tapi kita punya satu hal yang lebih rumit dari ribuan lensa biologis. Kemampuan menatap seseorang dengan perasaan mendalam sampai-sampai takbisa dijelaskan secara sains.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team