Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seseorang yang sibuk dengan kegiatannya
ilustrasi seseorang yang sibuk dengan kegiatannya

Intinya sih...

  • Membuat daftar tugas atau to-do list untuk menyusun prioritas

  • Memakai teknik time blocking untuk fokus pada satu pekerjaan dalam rentang waktu tertentu

  • Mengurangi distraksi terutama dari ponsel agar waktu dapat digunakan lebih efisien

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kesibukan merupakan bagian yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan modern. Mahasiswa, pekerja kantoran, hingga pelaku usaha sering dihadapkan pada daftar kegiatan yang seakan tidak ada habisnya.

Bila tidak mampu mengatur waktu dengan baik, tugas yang menumpuk akan menimbulkan rasa kewalahan, produktivitas menurun, bahkan memicu stres.

Kabar baiknya, keterampilan manajemen waktu dapat dipelajari. Dengan menerapkan strategi yang tepat, seseorang tetap dapat menyelesaikan berbagai tanggungjawab tanpa mengorbankan kesehatan fisik maupun mental.

Berikut lima cara mengatur waktu agar tetap produktif meskipun memiliki jadwal yang padat:

1. Menyusun prioritas dengan to-do list

ilustrasi daftar kegiatan

Membuat daftar tugas atau to-do list adalah langkah awal yang sederhana namun efektif. Melalui daftar ini, seseorang dapat menilai kegiatan mana yang harus segera diselesaikan dan mana yang masih dapat ditunda.

Teknik yang umum digunakan adalah metode Eisenhower Matrix, yang membagi kegiatan ke dalam empat kategori: penting dan mendesak, penting tetapi tidak mendesak, mendesak tetapi tidak penting, serta tidak mendesak dan tidak penting. Dengan metode ini, fokus dapat diarahkan pada hal-hal yang benar-benar berkontribusi pada tujuan utama.

Selain membantu menyusun urutan pekerjaan, menandai tugas yang berhasil diselesaikan juga memberikan rasa puas dan motivasi tambahan untuk melanjutkan kegiatan berikutnya.

2. Menerapkan teknik time blocking

ilustrasi pembagian waktu

Selain daftar tugas, cara lain yang efektif adalah menggunakan metode time blocking. Konsep ini adalah membagi waktu ke dalam blok-blok tertentu untuk satu jenis kegiatan. Misalnya:

  • Pukul 08.00–10.00 untuk belajar atau bekerja.

  • Pukul 10.00–11.00 untuk istirahat.

  • Pukul 11.00–13.00 untuk menghadiri rapat atau menyelesaikan tugas administratif.

Melalui sistem ini, fokus dapat terjaga karena hanya ada satu pekerjaan dalam satu rentang waktu tertentu. Kebiasaan multitasking yang sering membuat hasil pekerjaan kurang maksimal pun dapat dihindari.

Agar lebih efektif, gunakan kalender digital atau aplikasi manajemen waktu. Selain memudahkan dalam penyusunan jadwal, aplikasi tersebut biasanya dilengkapi dengan fitur pengingat sehingga kecil kemungkinan melewatkan tenggat waktu.

3. Mengurangi distraksi terutama dari ponsel

ilustrasi nendahulukan pekerjaan daripada menggunakan gadget (pixel.com)

Distraksi adalah musuh utama dalam mengelola waktu. Notifikasi dari media sosial, pesan singkat, atau sekadar keinginan untuk membuka aplikasi hiburan dapat menghabiskan banyak waktu tanpa disadari.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi gangguan antara lain:

  • Mengaktifkan mode do not disturb ketika bekerja.

  • Menjauhkan ponsel dari jangkauan pandangan.

  • Menentukan waktu khusus untuk mengakses media sosial.

Dengan mengendalikan distraksi, waktu yang ada dapat digunakan lebih efisien. Produktivitas meningkat, dan pekerjaan dapat selesai sesuai target.

4. Memberikan waktu istirahat yang memadai

ilustrasi seseorang yang sedang istirahat (pixel.com)

Banyak orang beranggapan bahwa produktif berarti bekerja terus-menerus tanpa henti. Padahal, tubuh dan pikiran membutuhkan jeda agar tetap berfungsi secara optimal.

Salah satu metode yang populer adalah Pomodoro Technique, yaitu bekerja selama 25 menit kemudian beristirahat selama 5 menit. Setelah empat siklus, ambil waktu istirahat yang lebih panjang, sekitar 15–30 menit. Metode ini terbukti membantu mempertahankan fokus sekaligus menjaga energi.

Selain itu, jangan mengabaikan kualitas tidur malam. Idealnya, orang dewasa membutuhkan 6–8 jam tidur agar tubuh dapat pulih dan siap menghadapi aktivitas keesokan harinya. Istirahat yang cukup bukan hanya menjaga kesehatan, tetapi juga meningkatkan kemampuan konsentrasi dan kreativitas.

 

5. Belajar mengatakan 'tidak'

ilustrasi penolakan

Kesibukan sering kali bertambah bukan karena pekerjaan utama, melainkan akibat terlalu sering menerima permintaan dari orang lain. Mulai dari ajakan kegiatan sosial, tugas tambahan, hingga permintaan bantuan yang sebenarnya bisa ditunda.

Belajar berkata “tidak” adalah keterampilan penting dalam manajemen waktu. Hal ini bukan berarti egois, melainkan bentuk kesadaran bahwa waktu merupakan sumber daya terbatas. Dengan menolak hal-hal yang tidak sesuai prioritas, energi dapat difokuskan pada kegiatan yang benar-benar penting.

Gunakan kalimat penolakan yang sopan, misalnya dengan menjelaskan bahwa Anda memiliki jadwal yang padat atau prioritas lain yang lebih mendesak. Dengan cara ini, hubungan sosial tetap terjaga, namun waktu pribadi tidak terkuras habis.

Mengatur waktu bukan sekadar menyusun jadwal, melainkan keterampilan yang membutuhkan konsistensi dan disiplin. Dengan menyusun prioritas melalui to-do list, menerapkan teknik time blocking, mengurangi distraksi, menyediakan waktu istirahat yang memadai, serta berani mengatakan “tidak”, produktivitas tetap dapat terjaga meskipun jadwal padat.

Ingatlah, setiap orang memiliki waktu yang sama dalam sehari, yakni 24 jam. Bedanya terletak pada bagaimana kita mengelolanya. Jika kamu mampu menggunakan waktu dengan bijak, banyak hal besar yang bisa dicapai tanpa harus merasa kewalahan.

Mulailah dari langkah kecil hari ini, atur waktumu dengan baik, dan buktikan bahwa kesibukan bukan penghalang untuk tetap produktif dan berkembang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team