Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi membuat video (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi membuat video (pexels.com/Ivan Samkov)

Intinya sih...

  • Paparan media sosial yang terus-menerus mempengaruhi orang untuk ikut tren baru

  • Takut dianggap ketinggalan zaman membuat banyak orang buru-buru mengejar tren yang sedang viral

  • Validasi dari lingkungan sekitar dan kecepatan informasi membuat orang merasa harus terus mengikuti perkembangan tren

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di era digital seperti sekarang, tren datang dan pergi secepat kilat. Belum sempat memahami satu hal yang viral, tiba-tiba muncul lagi tren baru yang membuat orang berbondong-bondong ingin ikut serta. Istilah FOMO atau Fear of Missing Out pun jadi makin sering terdengar, terutama di kalangan anak muda yang aktif di media sosial.

FOMO bukan hanya tentang ikut-ikutan supaya tidak ketinggalan, tapi juga berkaitan dengan rasa cemas dan takut dianggap tidak gaul jika tidak mengikuti tren yang sedang ramai dibicarakan. Fenomena ini bukan cuma terjadi di satu dua orang, tapi seolah sudah jadi bagian dari gaya hidup zaman sekarang. Nah, berikut lima alasan mengapa orang zaman sekarang lebih gampang FOMO terhadap tren terbaru.

1. Paparan media sosial yang terus-menerus

ilustrasi pegang HP (pexels.com/MART PRODUCTION)

Media sosial jadi ladang subur tumbuhnya FOMO. Setiap hari, orang disuguhi postingan tentang tren baru, mulai dari makanan viral, fashion terkini, sampai challenge TikTok yang lucu-lucu. Semua itu disajikan dalam bentuk visual yang menarik dan mudah diakses kapan saja.

Karena sering melihatnya, tanpa sadar orang jadi merasa harus ikut mencoba biar nggak ketinggalan. Bahkan, ada yang rela beli barang atau pergi ke tempat tertentu hanya supaya bisa upload konten yang sedang ramai. Akhirnya, media sosial membentuk pola pikir bahwa menjadi bagian dari tren adalah sebuah keharusan.

2. Takut dianggap ketinggalan zaman

ilustrasi teman sekolah (pexels.com/Max Fischer)

Di tengah arus informasi yang begitu cepat, seseorang bisa merasa minder jika tidak tahu topik yang sedang viral. Entah itu istilah baru dari gen Z, film terbaru yang lagi hits, atau lagu TikTok yang terus diputar di mana-mana. Perasaan takut dianggap tidak update membuat banyak orang buru-buru mengejar tren tersebut.

Label kudet atau kurang update menjadi semacam stigma sosial yang ingin dihindari. Supaya tetap dianggap relevan dan nyambung saat ngobrol bareng teman-teman, orang jadi berusaha terus mengikuti tren. Hal ini bahkan berlaku ketika mereka sebenarnya belum terlalu tertarik.

3. Validasi dari lingkungan sekitar

ilustrasi mengambil foto makanan (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Salah satu dorongan besar dalam mengikuti tren adalah keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Ketika seseorang upload konten tentang tren terbaru dan mendapat banyak like atau komentar, itu bisa jadi suntikan validasi yang menyenangkan. Hal tersebut lantas membuatnya ketagihan untuk terus mengikuti perkembangan tren.

Hal ini semakin menjadi-jadi jika teman-teman di satu circle juga melakukan hal yang sama. Lingkaran sosial menjadi semacam pemicu FOMO karena kita merasa harus ikut juga agar tidak tertinggal. Semakin besar pengaruh kelompok, semakin kuat pula dorongan untuk mengikuti tren yang sedang mereka jalani.

4. Kecepatan informasi yang membuat tren cepat berubah

ilustrasi media sosial (pexels.com/Kerde Severin)

Dulu, tren bisa bertahan berbulan-bulan, bahkan tahunan. Sekarang? Kadang dalam hitungan minggu, sebuah tren sudah basi dan digantikan tren lain. Algoritma media sosial pun bekerja cepat dalam menyebarkan konten viral, membuat banyak orang merasa harus cepat bergerak sebelum tren berganti.

Akibatnya, orang jadi terus menerus berburu tren baru. Tidak hanya karena ingin mencoba hal baru, tapi juga karena takut kehilangan momentum. Ketika satu tren lewat begitu saja tanpa sempat dicoba, muncul rasa penyesalan yang memperkuat siklus FOMO.

5. Gaya hidup digital yang makin personal dan terbuka

ilustrasi influencer (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Saat ini, kehidupan pribadi banyak orang sudah terekspos secara digital. Apa yang mereka makan, pakai, atau lakukan sering dibagikan di media sosial. Dengan melihat rutinitas orang lain yang tampak seru dan on trend, muncul tekanan untuk mengimbangi konten serupa dalam kehidupan kita sendiri.

Transparansi ini membuat orang merasa seolah harus terus memperbarui gaya hidup demi citra yang relevan dan menarik. Konten demi konten jadi suguhan sehari-hari yang akhirnya membuat rasa cemas bila tidak mengikuti tren yang ada. Tidak heran, kalau akhirnya banyak orang jadi gampang FOMO karena merasa hidup mereka kurang seru dibanding yang mereka lihat di layar.

FOMO dan tren terbaru memang sulit dipisahkan dari kehidupan digital masa kini. Namun, penting juga untuk menyadari bahwa tidak semua hal perlu diikuti. Fokus pada hal yang benar-benar kita sukai dan butuhkan akan membuat hidup lebih tenang dan otentik. Jadi, yuk mulai selektif memilih tren yang ingin kita ikuti.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team