Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tidak bersemangat di tempat kerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Memulai karier adalah salah satu langkah besar dalam hidup yang sering kali membawa rasa cemas, ragu, dan takut. Banyak orang merasa terintimidasi oleh tekanan sosial, harapan pribadi, dan tantangan dunia kerja yang tidak mereka kenal.

Namun kenyataannya, ketakutan memulai karier adalah hal yang sangat umum. Hampir semua orang, bahkan mereka yang sekarang sukses, pernah merasakan kegelisahan yang sama.

Berikut adalah lima alasan utama kenapa takut memulai karier itu adalah hal yang wajar.

1. Ketidakpastian adalah hal yang alami

ilustrasi karyawan bekerja dengan atasannya (pexels.com/Yan Krukau)

Saat memulai sesuatu yang baru, ketidakpastian adalah bagian tak terhindarkan. Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan atau bagaimana akan diterima di dunia kerja.

Ketidakpastian ini sering memicu rasa takut karena otak manusia cenderung mencari kepastian untuk merasa aman.

Namun, perlu diingat bahwa ketidakpastian adalah peluang untuk tumbuh. Justru dalam menghadapi hal-hal yang tidak pasti, kamu bisa belajar beradaptasi, mengambil risiko, dan menemukan potensi diri yang tidak pernah disadari sebelumnya.

2. Takut gagal adalah bagian dari proses belajar

ilustrasi merasa cemas (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kegagalan adalah salah satu ketakutan terbesar saat memulai karier. Kamu mungkin pernah merasa khawatir tidak bisa memenuhi harapan orang lain atau bahkan diri sendiri. Tapi, rasa takut gagal ini sebenarnya adalah tanda bahwa kamu peduli terhadap apa yang dilakukan.

Setiap orang sukses pasti pernah mengalami kegagalan. Ketakutan ini bisa menjadi motivasi untuk mempersiapkan diri lebih baik, mencari solusi kreatif, dan terus belajar dari setiap kesalahan yang terjadi.

Tanpa rasa takut gagal, seseorang mungkin tidak akan termotivasi untuk mencoba lebih keras.

3. Tekanan sosial memengaruhi perspektif seseorang

ilustrasi merasa tertekan di tempat kerja (pexels.com/ANTONI SHKRABA)

Harapan dari keluarga, teman, dan lingkungan sosial sering kali menjadi beban tambahan saat memulai karier. Seseorang merasa takut tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka atau dianggap tidak sukses.

Hal ini wajar karena manusia adalah makhluk sosial yang peduli pada pandangan orang lain.

Namun, penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing. Tak perlu membandingkan diri dengan orang lain karena yang terpenting adalah bagaimana merasa puas dengan perjalanan karier sendiri.

4. Dunia kerja adalah hal baru yang belum dikenal

ilustrasi merasa cemas saat bekerja (pexels.com/cottonbro studio)

Bagi banyak orang, dunia kerja adalah lingkungan yang benar-benar baru. Budaya perusahaan, hierarki, dan tanggung jawab profesional bisa terasa membingungkan.

Ketakutan ini muncul karena belum tahu cara menavigasi dunia tersebut dengan baik.

Seiring waktu, pengalaman akan membantu lebih percaya diri. Dengan mengambil langkah pertama dan terus belajar, kamu akan semakin memahami bagaimana dunia kerja berjalan dan merasa lebih nyaman di dalamnya.

5. Takut tidak kompeten itu adalah perasaan yang normal

ilustrasi menerima kritik (pexels.com/Yan Krukau)

Rasa takut tidak cukup kompeten sering menghantui, terutama bagi fresh graduate atau mereka yang memulai karier di bidang baru. Kamu mungkin khawatir bahwa keterampilan atau pengetahuan yang dimiliki belum memadai untuk menghadapi tantangan pekerjaan.

Namun, ini adalah perasaan yang dirasakan hampir semua orang di awal perjalanan karier mereka. Ketakutan ini adalah sinyal untuk terus belajar, meningkatkan keterampilan, dan berkembang. Ingat, tidak ada yang langsung ahli sejak hari pertama mereka bekerja.

Ketakutan saat memulai karier adalah perasaan yang sangat normal dan manusiawi. Alih-alih menghindarinya, kamu bisa belajar untuk menerima dan mengolah rasa takut tersebut sebagai bahan bakar untuk bergerak maju.

Dengan memahami bahwa ketakutan ini juga dialami oleh banyak orang lain, kamu bisa merasa lebih tenang dan tidak sendirian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team