Sejarah Louis Vuitton, Si Anak Petani yang Kini Jadi Simbol Presitse

Jadi kerudung Ratu Atut, dan koleksi sederet pedangdut

Bandung, IDN Times - Perjalanan panjang Louis Vuitton di panggung fashion dunia telah membuatnya menjadi standar kemewahan saat ini. Logo monogramnya yang sering ditiru dan dibajak, baik pembajakan asal-asalan atau pun pembajakan profesional, justru semakin memantapkan Louis Vuitton sebagai simbol prestise bagi kaum berduit.

Kesan jenama berkelas yang tertanam dalam monogram 'LV' tentu tak didapatkan dengan praktis. Louis Vuitton merupakan nama seorang pria yang lahir pada 4 Agustus 1821, hari ini 199 tahun tahun lalu. Ia berasal dari keluarga kalangan pekerja Prancis Timur, yang merupakan anak dari seorang petani dan pembuat topi.

Syahdan, bagaimana anak petani menjadi simbol kemewahannya saat ini? Perjalanan macam apa yang dilalui jenama Louis Vuitton hingga mampu membawa namanya sebagai merek tua dan berkelas?

1. Louis Vuitton pembuat koper

Sejarah Louis Vuitton, Si Anak Petani yang Kini Jadi Simbol PresitseKoper buatan Louis Vuitton/rebag.com

Dikutip dari Rebag.com, sebagaimana orang sukses lainnya, Louis Vuitton merupakan sosok pekerja keras. Sifat tekun dan disiplin telah ditanamkan oleh keluarga kepadanya sejak belia.

Perjalanan hidup Louis Vuitton dalam sepak terjangnya di dunia fashion dimulai sejak ia berusia remaja, tepatnya ketika Louis berusia 16 tahun. Saat itu, sekitar tahun 1837, ia membuat keputusan besar dalam hidupnya yakni melakukan perjalanan jauh sepanjang sekitar 470 kilometer.

Untuk melakoni perjalanan itu, Louis sadar bahwa ia mesti dibekali oleh banyak perlengkapan dan perbekalan yang cukup. Dan, untuk menampung berbagai keperluan itu, ia perlu menciptakan sebuah koper yang kokoh dan tahan banting. Maka, berbekal dari ilmu sang guru pembuat boks Monsieur Marechal, Louis mulai menciptakan koper dengan ketahanan yang baik, juga, tentunya, desain yang cantik.

2. Berani membuka toko

Sejarah Louis Vuitton, Si Anak Petani yang Kini Jadi Simbol PresitseToko Louis Vuitton 1854/sandrascloset.com

Singkat cerita, ilmu dari Marechal dan setumpuk pengalamannya dalam membuat koper dan barang-barang sejenis membuat Louis fokus menekuni pekerjaan sebagai produsen koper. Pilihan profesi itu amat tepat, sesuai dengan kemampuannya. Buktinya, pada 1854, Louis sudah dihormati sebagai pembuat koper yang baik.

Kondisi itu membuat Louis memberanikan diri untuk membangun sebuah toko di Jalan Rue Neuve des Capucines, Paris, Prancis. Dengan mulai memiliki toko, Louis secara tidak langsung semakin menyeriusi urusan produksi koper, yang berakhir pada semakin luasnya pasar yang berhasil diraup.

Empat tahun berselang, atau sekitar 1858, Louis mendapat pesanan yang cukup unik yakni membuat bagasi untuk sebuah kapal uap. Tantangan itu ia jawab dengan membikin koper datar menggunakan material kanvas berwarna abu-abu, yang akhirnya diberi nama Trianon.

Hasil daripada kerjanya kala itu menuai pujian. Dengan bisnis pembuatan koper yang semakin tumbuh, Louis memindahkan tempat kerjanya ke Asnieres-sur-Seine, Paris, Prancis. Pertama kali pindah ke sana, Louis memiliki 20 pekerja. Dua tahun kemudian, atau pada 1860, masih di tempat yang sama, ia telah memperkerjakan 100 orang karyawan.

3. Louis Vuitton dengan patron yang khas

Sejarah Louis Vuitton, Si Anak Petani yang Kini Jadi Simbol PresitseLouis Vuitton/lepoint.fr

Nasib baik yang terus menyertai Louis membuatnya semakin berani untuk bereksperimen guna menanamkan nilai baru untuk produknya. Ia mencoba untuk memperkenalkan koper dengan desain pola bergaris biru pada 1876, dan koper dengan motif Damier--yang masih terkenal hingga sekarang--pada tahun 1888.

Louis sengaja menggambar sendiri patron bergaris itu dengan tangannya. Tujuannya tak lain guna menghindari pembajakan saat itu.

Namun apa artinya desain cantik tanpa fitur keamanan koper yang baik. Maka, ketika itu, Louis menciptakan sistem penguncian koper yang mutakhir di mana membuat koper tak  bisa dibuka oleh orang lain selain oleh pemiliknya.

Anaknya, George Vuitton, menyadari bahwa sistem penguncian itu akan sangat berharga di masa mendatang. Maka George tak ragu untuk mematenkan sistem penguncian tersebut. Prediksi George terbukti benar, karena faktanya sistem penguncian itu masih digunakan dalam pembuatan koper hingga saat ini.

4. Dari koper menuju tas-tas kecil

Sejarah Louis Vuitton, Si Anak Petani yang Kini Jadi Simbol PresitseGeorge Vuitton (The Art of Mike Mignola)

Berbagai perjuangan untuk membesarkan jenama Louis Vuitton mesti mendapat kendala, utamanya ketika sang pemilik meninggal dunia di usia 70 tahun pada 1892. Estafet bisnis koper Louis Vuitton pun mau tak mau dilanjutkan oleh George.

Guna menghormati jasa sang ayah dalam membesarkan nama jenama Louis Vuitton, George kemudian menyematkan monogram 'LV' di setiap produk Louis Vuittonon sejak 1896. Berbagai terobosan yang ia lakukan berhasil mengantarkan LV ke penghasilan yang lebih tinggi. Sampai-sampai ketika itu LV dapat menggaet salah satu ikon mode dunia: Gabrielle Chanel.

Masih di bawah kendali George, Louis Vuitton kemudian perlahan bergerak menciptakan tas tangan yang berguna untuk membawa sedikit perlengkapan—ketimbang koper yang berfungsi untuk membawa barang dengan jumlah yang banyak. Penciptaan tas itu dibuat khusus untuk Gabrielle Chanel, tepatnya pada 1925. Sembilan tahun kemudian, yakni pada 1934, ia baru memproduksi tas tersebut secara massal karena besarnya permintaan umum.

Sama seperti koper, tas-tas kecil itu pun menuai kesuksesan. George kemudian memperbesar produksi tas kecil tipe Keepall (1930), Speedy (1930), dan Noe (1932), untuk memantapkan bisnisnya. Hasilnya sungguh luar biasa, sampai-sampai ketiga tipe tas itu masih diproduksi oleh LV hingga saat ini.

5. Mulai menerapkan material kulit

Sejarah Louis Vuitton, Si Anak Petani yang Kini Jadi Simbol PresitseGaston-Louis Vuitton/Patrick Gries

Selanjutnya, pada 1936 estafet bisnis Louis Vuitton dilanjutkan oleh Gaston-Louis Vuitton, anak daripada George Vuitton dan cucu Louis Vuitton. Perpindahan kepemimpinan bisnis itu dilakukan karena pada 1936 George meninggal dunia.

Di era Gaston-Louis, LV mulai menerapkan material kulit ke dalam tas rilisannya. Tak hanya itu, Gaston-Louis juga membikin terobosan dengan mengubah material monogram LV agar dapat dipasang di berbagai jenis tas, termasuk untuk tas LV berbentuk silinder, Papillon—yang diproduksi pertama tahun 1966, dan masih populer hingga saat ini.

Atas beberapa alasan, Gaston-Louis melepaskan jabatannya sebagai orang nomor satu di Louis Vuitton, dan menyerahkan kekuasaan itu kepada sang menantu, Henry Racamier. Di tangan Henry inilah Louis Vuitton mulai berani untuk membuka banyak gerai di seluruh dunia, agar dapat meraup keuntungan semakin besar. Keputusan itu terjadi pada 1984, dan membuat merek LV semakin dikenal.

6. Ketika Louis Vuitton tak dipimpin keluarga

Sejarah Louis Vuitton, Si Anak Petani yang Kini Jadi Simbol Presitselofficielsingapore.com

LV akhirnya mencapai puncak kejayaannya pada 1990. Ketika itu, pucuk pimpinan Louis Vuitton berada di tangan Yves Carcelle, sosok yang sama sekali tidak memiliki hubungan keluarga dengan para pemilik LV sebelumnya. Di bawah Yves, LV merayakan ulang tahun seabad dengan sangat mewah, dengan merilis sebuah tas edisi terbatas bermaterikan kulit bernama Vachetta, dan diberi label Centenaire Collection.

Tujuh tahun berselang, yakni pada 1997, LV kemudian dipimpin oleh Marc Jacobs yang telah dikenal akan kreativitasnya di dunia fashion. Salah satu sejarah terbaik LV terjadi pada era Marc Jacobs, karena berhasil melahirkan tas dengan desain tulisan kolektif berwarna neon di atas kanvasnya. Sampai hari ini, produk itu merupakan salah satu koleksi LV yang paling dicari di antara kolektor kelas kakap.

Ketika penjualan Louis Vuitton terus melambung, mereka sekali lagi memperkenalkan tas pada 2007 yang akan menjadi salah satu gaya paling klasik dan paling terkenal di dunia: Neverfull. Dibuat dengan kanvas monogram klasik beserta interior bergaris dan trim Vachetta, Neverfull paripurna sebagai tas yang simpel dan berkelas.

Ketika Louis Vuitton terus berkembang, Marc Jacobs memutuskan untuk mundur pada tahun 2013. Nama Nicolas Ghesquière dipilih sebagai pengganti Marc. Penunjukkan itu dilakukan tentu tidak dengan asal-asalan. Nicolas merupakan perancang ternama dalam urusan fashion wanita, yang salah satu kesuksesannya ditunjukkan ketika ia menukangi jenama Balenciaga.

Di bawah Nicolas, yang sejak 2018 dibantu oleh Virgil Abloh sebagai Direktur Kreatif pria LV, jenama satu ini semakin dikenal sebagai simbol prestise bagi kaum berduit dunia. Tidak hanya oleh masyarakat kelas atas negara-negara maju, Luis Vuitton juga menjadi koleksi para tokoh terkemuka Tanah Air, mulai dari mantan Gubernur Banten Ratu Atut hingga oleh deretan pedangdut.

Sejarah Louis Vuitton, Si Anak Petani yang Kini Jadi Simbol Presitseinstagram.com/emmachamberlain

Baca Juga: Seharga Rumah Mewah! Ini 10 Koper Termahal, Louis Vuitton Rp2,4 Miliar

Baca Juga: Curi Tas Louis Vuitton, Perempuan Indonesia Ditangkap di Melbourne

Baca Juga: Eks Kalapas Sukamiskin Sempat Kasih Tas Louis Vuitton untuk Dirjen PAS

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya