TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Film Indonesia tentang Pengidap Alzheimer di Netflix, Penuh Haru!

Dijamin bisa menitikkan air mata saat menontonnya

Sampai Jadi Debu (dok. Falcon Pictures/Sampai Jadi Debu)

Hari alzheimer sedunia diperingati setiap tahunnya pada 21 September 2024. Kerap menyerang orangtua yang sudah berusia lanjut, alzheimer merupakan sebuah penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat, dan kemampuan berpikir. Beberapa di antaranya juga bahkan bisa menurunkan kemampuan berbicara.

Bagi para lansia yang mengidap penyakit ini, tentu memerlukan perhatian khusus dan kesabaran yang begitu besar dalam merawatnya.

Lantaran, para pasien alzheimer dilanda kesulitan berpikir logis, mudah lupa berbagai macam hal, termasuk identitas diri dan juga keluarganya hingga bertingkah selayaknya anak kecil kembali.

Sejumlah sineas Tanah Air kemudian mencoba memotret momentum haru selama merawat orangtua yang menderita penyakit alzheimer ini ke dalam sebuah film yang apik.

Berikut sederet film keluarga karya anak bangsa yang sudah bisa disaksikan di Netflix dengan menghadirkan jalan cerita menyentuh hati tentang orang tua pengidap alzheimer, lengkap dengan perjuangan dari keluarga dan orang terdekat. 

1. Love (2008)

Rilis pada 14 Februari 2008, Love hadir dengan premis yang begitu menarik untuk sebuah film romansa. Menyatukan kisah lima pasangan yang berbeda latar belakang dan usia dalam satu film dengan disertai pahit-manis kehidupan masing-masing, film ini juga memuat kisah seorang lansia bernama Nugroho (alm Sophan Sophiaan) dan Lestari (Widyawati).

Keduanya bertemu di depan rumah makan sederhana milik Lestari saat Nugroho sedang mencari Hengki, tukang reparasi jam tangan langganannya.

Namun, tempat reparasi milik Hengki sebenarnya sudah lama tutup dan telah berganti menjadi rumah makan milik Lestari. Setelah terlibat beberapa percakapan dan pertemuan selanjutnya, Lestari menyadari jika Nugroho seringkali melamun dan lupa dengan apa yang sudah dia ceritakan.

Lestari baru mendapat penjelasan terkait penyakit alzheimer dari Arief (Gading Marten), cucu Nugroho yang datang menjemput eyangnya ke lokasi rumah makan Lestari. Lestari kemudian mulai menaruh perhatian pada Nugroho, termasuk menolongnya untuk membetulkan jam hingga membantu menenangkan Nugroho yang kumat ketika sedang menyebrang jalan seorang diri.

Tak hanya menampilkan kisah haru antara Nugroho dan Lestari, film ini juga menggulirkan adegan lainnya yang memiliki keterkaitan antara satu pasangan dengan pasangan lainnya dari beberapa lokasi yang diperlihatkan.

Turut menghadirkan Laudya Chyntia Bella, Acha Septriasa, Irwansyah, Wulan Guritno hingga Surya Saputra, film Love juga menandai film terakhir yang dibintangi oleh mendiang Sophan Sophiaan bersama sang istri, Widyawati, sebelum almarhum tutup usia pada 17 Mei 2008 silam. 

2. Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga (2021)

Digarap oleh sutradara Gina S. Noer yang juga sukses dengan film Dua Garis Biru (2019), Cinta Pertama, Kedua dan Ketiga kali ini berfokus pada bakti seorang anak disertai kisah romansa yang mewarnai keduanya. Mengawali cerita dengan kehidupan Raja (Angga Yunanda), bungsu dari tiga bersaudara yang ingin sekali hidup mandiri seperti kakak-kakaknya.

Namun, Raja dihadapkan situasi dilematis karena harus ayahnya, Dewa (Slamet Rahardjo).

Di sisi lain, ada Asia (Putri Marino), instruktur modern dance yang juga mengurus ibu tunggalnya, Linda (Ira Wibowo). Sebagai teman dekat, Raja dan Asia memang memendam perasaan satu sama lain.

Namun, kondisi ternyata semakin rumit dan tak terduga ketika kedua orangtua mereka, Dewa dan Linda jatuh cinta. Berawal dari pertemuan keduanya di rumah sakit hingga Dewa kemudian memutuskan mengikuti kelas Waltz, salah satu jenis ballroom dance yang mayoritas diikuti para orangtua dimana Linda menjadi pelatihnya.

Raja menganggap ini adalah hal yang wajar ketika melihat ayahnya yang sudah lama menduda tersebut mulai menemukan semangat hidup baru.

Tetapi, berbeda dengan Asia yang merasa tak sepenuhnya yakin dengan hubungan ibunya dan juga ayah Raja. Mereka pun dihadapkan situasi rumit antara mengesampingkan kisah cinta keduanya yang boleh jadi berujung menjadi satu keluarga yang utuh atau tetap berjuang masing-masing, atau mengurus orangtua mereka di tengah berbagai permasalahan ekonomi yang turut mewarnai.

Terlebih semakin hari, kesehatan ayah Raja juga terus menurun, membuat Raja kelimpungan mencari dan merawat ayahnya yang mengidap alzheimer.

3. Sampai Jadi Debu (2021)

Selanjutnya, film keluarga yang juga sangat mengharukan lainnya ialah Sampai Jadi Debu. Bermula dari kisah seorang pria bernama Damar (Wafa Saifan) yang merantau tinggal di Jakarta hingga memiliki pekerjaan dan kehidupan cinta menyenangkan.

Damar biasanya pulang ke kampung halamannya setahun sekali saat momentum mudik lebaran, itu pun hanya dengan waktu singkat. Namun, kehidupan Damar yang normal tersebut berubah saat mendapat kabar bahwa ibunya (Cut Mini) terkena penyakit alzheimer dan kini sudah semakin parah.

Tak ingin menyesal seperti masa lalunya dengan mendiang ayahnya, Damar pun segera bergegas pulang ke kampung halaman untuk merawat ibunya. Tak lama berselang, Damar pun dihadapkan pada permasalahan pelik lainnya terkait keberlangsungan karier dan kisah romansanya yang harus ia tinggalkan di Jakarta demi bakti mengurus sang ibu.

Diiringi lagu Sampai Jadi Debu milik Banda Neira, film berdurasi 1 jam 30 menit ini benar-benar bisa membuat penonton menitikkan air mata. 

Verified Writer

Anjani Nur Permatasari

Living a blessed life between peoples, books, research paper, script, coffee and camera

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya