Cerita Pemilik Se'i Sapi Lamalera, Kulineran Cari Resep Sampai Kupang

Omzet rumah makan sudah mencapai puluhan juta dalam sehari

Bandung, IDN Times - Masyarakat di Kota Bandung saat ini sedang dibuat penasaran dengan keberadaan warung makan baru yakni Se'i Sapi Lamalera. Meski menu utamanya daging sapi, tak membuat Se'i Sapi Lamalera sepi pengunjung. Keunikan rasa daging yang matang dengan cara diasapi ini membuat lidah siapapun yang mencicipi Se'i makin ketagihan.

IDN Times berkesempatan bertemu dengan pemilik Se'i Sapi Lamalera, Ari Nikolas, di acara apresiasi juara patner GO-FOOD 2019 pekan kemarin. Ari pun tak keberatan menceritakan awal mula perjalanannya membangun warung Se'i Sapi Lamalera, hingga sekarang siap membuka cabang pertamanya.

1. Bermula dari kecintaannya menikmati se'i sapi

Cerita Pemilik Se'i Sapi Lamalera, Kulineran Cari Resep Sampai KupangIstimewa

Ari menuturkan, dia merupakan orang yang suka mencicipi berbagai macam kuliner. Ketika berada di Bali, Ari pertama kali makan se'i sapi. Karena merasa hidangan ini enak dan cocok di lidahnya, Ari pun kerap membawa se'i sapi sebagai buah tangan ketika pulang dari Bali, baik untuk di makan kembali di rumah atau dibagikan kepada keluarga dan teman-temannya.

Setelah beberapa kali membawa se'i dari Bali, insting wirausaha Ari kemudian muncul. Sebab belum banyak warung makan yang menyajikan se'i baik di Bandung maupun di Jakarta.

"Setelah itu saya coba main ke Kupang karena di sana memang asal makanan ini. Kebetulan di sana ada teman saya juga," ujar Ari.

Tak tanggung-tanggung, Ari menyempatkan diri tinggal di Kupang selama satu minggu untuk mencari ilmu guna mencicipi se'i sapi di beberapa warung makan. Setidaknya ari mendatangi lima hingga tujuh warung yang menyajikan makanan ini.

Mulai dari rasa, cara penyajian, hingga sambal khas sana semua diingat dalam benak Ari agar saat pulang ke Bandung dia bisa membuat se'i sapi sendiri.

Untuk cara pengasapan, Ari mengatakan, tidak bisa melihat secara langsung bagaimana detail setiap warung melakukannya. Sebab mereka juga menjaga rahasia dapur agar tidak dicontek orang.

Meski demikian, kecintaan Ari akan se'i sapi membuat dia yakin bisa menciptakan se'i yang percis seperti yang dilakukan warung-warung se'i di Kupang.

Se'i, lanjut Ari, sebenarnya bukan makanan khas Kupang. Sajian ini berasal dari masyarakat Pulau Rote, yang kemudian dibawa oleh warga sana ke Kupang. Setelah ada warung pertama se'i, barulah sejumlah warga lain membuat warung se'i di Kupang. Saat ini setidaknya lebih dari 10 warung makan menyajikan se'i di sana.

2. Ekspreriman selama satu tahun

Cerita Pemilik Se'i Sapi Lamalera, Kulineran Cari Resep Sampai Kupangpexels.com/@kaboompics

Datang ke Kupang akhir 2013, Ari kemudian mulai melakukan eksperiman untuk membuat se'i sapi ada 2014. Tidak mudah memang untuk membuat makanan selezat se'i yang ditemuinya di Kupang atau Bali. Sebab tata cara memasak se'i berbeda dengan memasak daging pada umumnya.

Ari pun mulai melakukan riset dengan mencari tahu alat yang tepat untuk pengasapan pada daging sapi. Alat ini menjadi penunjang utama dalam membuat se'i sehingga harus tepat agar rasa daging enak di lidah.

"Nah di sini (alat pengasapan) sangat jarang. Makanya saya coba eksperiman bikin yang sederhana. Kemudian dievaluasi, diubah, dicek kembali, hingga sekarang kita punya desain sendiri," paparnya.

3. Awal jualan sesuai order teman

Cerita Pemilik Se'i Sapi Lamalera, Kulineran Cari Resep Sampai Kupangwww.twenty20.com

Setelah yakin dengan resep yang dimiliki, Ari kemudian mulai menjual se'i sapi buatannya sendiri kepada teman-teman terdekat sesuai dengan order yang diterima. Penjualan ini dimulai pada 2015. Selain itu ada juga teman yang ingin menjadi resaller dan membantu Ari berjualan.

Dia berprinsip, untuk memantapkan produknya ini hal yang paling utama adalah mengenai produksi. Maka Arie lebih ingin fokus pada produksi se'i. Sedangkan untuk memasarkan produknya dia dibantu oleh teman dan resaller yang memang tertarik menjual se'i.

"Produksi ini inti dari semuanya. Ilmu yang paling banyak adalah di produksi. Kalau yang jual biar teman saja," kata dia.

Barulah setelah produksi se'i sapi dirasa sudah stabil dari sisi rasa, Ari mulai berpikir untuk membuka warung makan sendiri. Pada Oktober 2017, Se'i Sapi Lamalera akhirnya muncul ke permukaan dalam bentuk rumah makan yang berada di Jalan Bangusrangin 24 A, dekat denga Monumen Perjuangan di Lapangan Gasibu.

Baca Juga: 5 Fakta Unik yang Perlu Kamu Tahu sebelum Makan Se'i Sapi Khas NTT

Baca Juga: Pesona Tersembunyi, Intip 9 Potret Jernih Air Goa Kristal di Kupang

4. Peminat se'i sapi terus bertambah

Cerita Pemilik Se'i Sapi Lamalera, Kulineran Cari Resep Sampai KupangIstimewa

Pada saat pertama kali membuka rumah makan, warung Se'i Sapi Lamalera tidak langsung dipadati masyarakat yang ingin mencicipi daging sapi asap ini. Ari perlahan memberikan informasi melalui berbagai media sosial mengenai produknya, karena se'i memang belum diketahui orang banyak khususnya mereka yang tinggal di Bandung dan sekitarnya.

Setelah beberapa lama memberi tahu keberaan rumah makan se'i sapi dengan berbagai macam varian sambal sejarah mengenai se'i, serta mengadakn promo barulah masyarakat mencoba dan perlahan tapi pasti peminat se'i sapi meningkat.

Pada awal pembukaan rumah makan, setiap harinya hanya bisa membuat puluhan porsi. Setelah beberapa bulan baru jumlah pembeli bertambah hingga mencapai 100 porsi setiap hari. Dan hingga akhir 2017 rata-rata setiap hari Se'i Sapi Lamarela mampu menjual 400 porsi.

"Dulu bisa dapat 10 juta di 2017 kalau dirata-rata. Kalau 2018 kemarin sudah lebih hampir 20 juta. Itu sekitar 1.000 porsi," ungkap Ari.

5. Keberadaan ojek daring semakin memudahkan pembeli

Cerita Pemilik Se'i Sapi Lamalera, Kulineran Cari Resep Sampai KupangTribun News

Selain masyarakat yang datang langsung ke rumah makan, Ari menuturkan, keberadaan ojek daring baik Go-jek maupun Grab semakin memudahkan dia untuk melayani pelanggan dari manapun. Jika dulu rumah makan atau perusahaan seperti Mcd, Pizza Hut, dan tempat makan mempunyai armada tersendiri untuk mengantar makanan, makan dengan adanya ojek daring armada seperti ini tidak diperlukan.

Hal itu kemudian berdampak pula pada dana operasional. Sebab selama ini banyak perusahaan makanan menghabiskan anggaran besar untuk operasional armada pengantar. "Kan mereka harus digaji tetap setiap bulan. Lumayan juga itu (pengeluarannya)," papar Ari.

Berdasarkan itung-itungan kasar, omzet yang saat ini didapat Se'i Sapi Lamalera setiap bulannya terbagi antara offline sekitar 75 persen, dan sisanya 25 persen dari pemesanan secara online yang dibantu oleh ojek daring.

6. Fokus buka cabang di Bandung

Cerita Pemilik Se'i Sapi Lamalera, Kulineran Cari Resep Sampai KupangPixabay.com/Comfreak

Kepopuleran Se'i Sapi Lamalera tak hanya terngiang di telinga warga Bandung. Wisatawan dari Jakarta dan sekitarnya pun sudah mendengar kenikmatan Se'i Sapi Lamalera.

Meski demikian, Ari tidak ingin buru-buru untuk membuka cabang di Jakarta atau kota lain di luar Bandung. Dia ingin fokus membangun usahanya secara perlahan.

Dalam waktu dekat rumah makan ini akan membuka cabang di Bandung tengah yang mengarah ke selatan. Sehingga masyarakat dari Bandung bagian selatan bisa ikut mencicipi se'i sapi tanpa harus bepergian jauh ke daerah Gasibu.

"Di sini juga akan jadi kantor kita. Karena semakin banyak orang harus semakin luas tempat bekerja juga kan," papar Ari.

Sedangkan untuk cabang di Jakarta, Ari memprediksi baru bisa membukanya pada 2020. Sebab butuh kematangan dari berbagai aspek, sehingga jangan sampai produk Se'i Sapi Lamalera ini justru dicemooh pembeli karena rasa yang tidak sesuai.

Baca Juga: 14 Menu Makanan dan Minuman Kesukaan Raja Kraton Yogya 

Baca Juga: 15 Kuliner Khas Sunda Ini Bisa Ingatkan Kampung Halaman 

7. Mendapat apresiasi patner GO-FOOD 2019

Cerita Pemilik Se'i Sapi Lamalera, Kulineran Cari Resep Sampai KupangIDN Times/Debbie Sutrisno

Sebagai pendatang baru dalam dunia perkulineran di Bandung dan Jawa Barat, Se'i Sapi Lamalera mampu mendapatkan apresiasi patner GO-FOOD tahun ini. Hal itu dikarenakan kinerja rumah makan ini yang terus meningkat dalam hal penerimaan order melalui ojek daring.

Becquini Akbar, VP Regional GOJEK Jawa Barat dan Banten mengatakan, perkembangan merchant GO-FOOD di Provinsi Jawa Barat dan Banten telah tumbuh hampir tiga kali lipat dalam periode yang sama. Dampak perekonomian dari keberadaan ojek daring pun cukup signifikan bukan hanya untuk pelaku usaha tapi mitra perusahaan dan masyarakat yang menggunakan jasa tersebut.

Ini pula yang membuat GOJEK mengadakan acara dalam bentuk Apresiasi Juara Partner GO-FOOD 2019. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengapresiasi lebih banyak pelaku usaha kuliner di Jawa Barat yang telah mampu membuktikan berbagai capaian bisnis mereka melalui inovasi teknologi oleh GO-FOOD selama tahun 2018,”

Becquini menambahkan, memasuki tahun keempat sejak diluncurkannya pertama kali sebagai layanan pesan-antar makanan daring, GO-FOOD selalu berupaya menciptakan inovasi teknologi untuk mendukung para pelaku kuliner.

"Siapapun yang bergabung sebagai mitra merchant, GO-FOOD senantiasa berupaya meningkatkan produktivitas usaha mereka," kata dia.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya