Ari menuturkan, dia merupakan orang yang suka mencicipi berbagai macam kuliner. Ketika berada di Bali, Ari pertama kali makan se'i sapi. Karena merasa hidangan ini enak dan cocok di lidahnya, Ari pun kerap membawa se'i sapi sebagai buah tangan ketika pulang dari Bali, baik untuk di makan kembali di rumah atau dibagikan kepada keluarga dan teman-temannya.
Setelah beberapa kali membawa se'i dari Bali, insting wirausaha Ari kemudian muncul. Sebab belum banyak warung makan yang menyajikan se'i baik di Bandung maupun di Jakarta.
"Setelah itu saya coba main ke Kupang karena di sana memang asal makanan ini. Kebetulan di sana ada teman saya juga," ujar Ari.
Tak tanggung-tanggung, Ari menyempatkan diri tinggal di Kupang selama satu minggu untuk mencari ilmu guna mencicipi se'i sapi di beberapa warung makan. Setidaknya ari mendatangi lima hingga tujuh warung yang menyajikan makanan ini.
Mulai dari rasa, cara penyajian, hingga sambal khas sana semua diingat dalam benak Ari agar saat pulang ke Bandung dia bisa membuat se'i sapi sendiri.
Untuk cara pengasapan, Ari mengatakan, tidak bisa melihat secara langsung bagaimana detail setiap warung melakukannya. Sebab mereka juga menjaga rahasia dapur agar tidak dicontek orang.
Meski demikian, kecintaan Ari akan se'i sapi membuat dia yakin bisa menciptakan se'i yang percis seperti yang dilakukan warung-warung se'i di Kupang.
Se'i, lanjut Ari, sebenarnya bukan makanan khas Kupang. Sajian ini berasal dari masyarakat Pulau Rote, yang kemudian dibawa oleh warga sana ke Kupang. Setelah ada warung pertama se'i, barulah sejumlah warga lain membuat warung se'i di Kupang. Saat ini setidaknya lebih dari 10 warung makan menyajikan se'i di sana.