Mengintip Peluang dan Tantangan CBDC di Asia

Apakah Indonesia siap beradaptasi dengan CBDC?

Bandung, IDN Times – Pesatnya kemajuan teknologi mengubah banyak aktivitas manusia, termasuk di sektor keuangan. Laporan terbaru dari Asian Development Bank tentang Central Bank Digital Currencies (CBDC) di Asia memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana pergeseran digitalisasi ini terjadi.

CBDC didefinisikan sebagai "liabilitas bank sentral, yang dinyatakan dalam unit akun yang ada, yang berfungsi sebagai alat tukar dan simpanan nilai." Dua karakteristik utama dari CBDC adalah sifat digitalnya dan dukungannya oleh bank sentral.

Berbeda dengan mata uang kertas tradisional yang diterbitkan oleh bank sentral, CBDC hadir dalam bentuk digital. Dan, meskipun dianggap sebagai liabilitas bank sentral dan diakui sebagai alat pembayaran yang sah, CBDC berbeda dari uang swasta—seperti saldo kredit di bank komersial—dan dari cryptocurrency seperti Bitcoin.

Survei yang dilakukan oleh IMF pada 2022 mengungkapkan bahwa 34 negara di Asia dan Pasifik saat ini terlibat dalam penelitian, pengembangan, atau uji coba CBDC. Survei ini menunjukkan beragam tahap pengembangan mereka, di mana munculnya cryptocurrency swasta memang telah memicu minat terhadap CBDC.

Namun, meskipun banyak negara tengah mendalami dan menguji CBDC, hanya beberapa negara saya yang sepertinya akan meluncurkan CBDC dalam waktu dekat.

1. Keuangan Asia tengah bergerak menuju CBDC

Mengintip Peluang dan Tantangan CBDC di AsiaFluencytech

Menurut banyak laporan, lansekap keuangan Asia tengah bergerak menuju CBDC, yang menggabungkan keandalan pengawasan sentral dengan efisiensi teknologi blockchain. Dengan mengeliminasi perantara, CBDC dapat mengurangi waktu dan biaya transfer, mempercepat inklusivitas keuangan, dan menyederhanakan akses ke layanan di seluruh koridor Asia-Pasifik.

Selain itu, perpaduan inovasi dengan pengawasan sentral menawarkan dualitas yang unik. CBDC, sambil mendorong batas kemungkinan, juga memungkinkan bank sentral untuk tetap mengendalikan, memastikan sistem ekonomi dan moneter lebih luas tetap seimbang dan stabil.

2. Tantangan untuk kehadiran CBDC

Mengintip Peluang dan Tantangan CBDC di Asiatokocrypto.com

Meski CBDC diyakini membawa banyak manfaat, tantangan dalam kehadirannya pun mesti menjadi perhatian. Terutama dalam isu keamanan digital, di mana serangan siber hingga potensi penyelundupan uang masih sering terjadi.

Kehadiran CBDC memungkinkan bank sentral atau pemerintah untuk lebih dekat memantau transaksi individu, sehingga mengancam keamanan data diri pengguna. Masalahnya, menemukan keseimbangan antara transparansi dan hak privasi akan menjadi tantangan yang berkelanjutan.

3. Kesenjangan digital harus jadi perhatian

Mengintip Peluang dan Tantangan CBDC di Asiailustrasi digitalisasi (pexels/pixabay)

Di sisi lain, kesenjangan digital di sebuah negara pun harus menjadi perhatian. Seperti kita tahu, seperti halnya yang terjadi di Indonesia, hanya beberapa orang yang memiliki akses yang sama ke perangkat digital atau internet.

Artinya, berbeda dengan uang kartal, ada beberapa kelompok masyarakat yang tak terlibat dalam ekosistem CBDC. Mengatasi masalah ini sangat penting untuk memastikan inklusi keuangan dan keadilan.

Yang terakhir, ada risiko gangguan teknologi dan pemadaman yang dapat mengganggu fungsi sistem CBDC.

4. D3 Labs hadir untuk bantu peneraban CBDC

Mengintip Peluang dan Tantangan CBDC di Asiahttps://www.shutterstock.com/id/category/science

Di tengah perkembangan penerapan CBDC, entitas D3 Labs muncul untuk memfasilitasi banyak hal. Misalnya, mereka menyediakan sistem yang disesuaikan untuk meluncurkan CBDC.

Apa yang ditawarkan D3 Labs akan menjadi krusial dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh banyak negara di Asia.

“D3 Labs memainkan peran beragam yang melampaui penyediaan solusi teknologi. Mereka bertindak sebagai mitra strategis bagi bank sentral dan pemerintah, menawarkan wawasan tentang kompleksitas implementasi CBDC,” kata Rina Kurniawan, Marketing and Communications Manager D3 Labs, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Senin (25/4/2023).

Penawaran dari D3 Labs tersebut meliputi aspek teknis dalam mendirikan infrastruktur CBDC yang aman dan efisien, membimbing kerangka regulasi dan kebijakan moneter, serta memfasilitasi kerja sama internasional.

Baca Juga: Australia Mau Adopsi Mata Uang Digital, Bakal Uji Coba CBDC

Baca Juga: Indonesia Serukan Tatanan Ekonomi Dunia Baru, World Bank-IMF Usang!

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya