TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

OJK Berharap Perbankan Indonesia Manfaatkan Transformasi Digital

Perubahan perilaku nasabah harus setia diikuti

Ilustrasi layanan perbankan. (ANTARA FOTO)

Bandung, IDN Times – Kehadiran transformasi digital di berbagai bidang, termasuk dalam urusan jasa keuangan, membawa perubahan signifikan bagi ekosistem perbankan di Indonesia. Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, digitalistasi perbankan berpengaruh besar dalam memperluas akses keuangan bagi masyarakat. 

Dengan adanya transformasi digital, masyarakat semakin merasa mudah dalam mengakses berbagai produk perbankan. Seperti kata Wimboh, “Transformasi digital sektor jasa keuangan akan menjadi game changer mengingat akses kredit, pembiayaan, akan semakin mudah dan terjangkau dari berbagai lokasi,” ujar Wimboh, dalam rilis yang diterima IDN Times Jabar, Rabu (24/3/2021).

Lantas, bagaimana kondisi transformasi digital bagi perbankan di Indonesia saat ini?

1. Kredit dan pembiayaan: dua produk populer perbankan

ANTARA FOTO/Muhammad Adimadja

Pembahasan mengenai transformasi digital perbankan ini menjadi diskusi menarik dalam acara Katadata Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2021 bertajuk “The Digital Banking Revolution”, Rabu (24/3/2021). Selain Wimboh, acara tersebut pun dihadiri oleh Direktur TI dan Operasi PT Bank Negara Indonesia, Y.B. Hariantono, dan Presiden Direktur Amar Bank Vishal Tulsian.

Dalam diskusinya, Wimboh juga mengatakan jika sejauh ini dua produk perbankan paling populer di mata masyarakat ialah kredit dan pembiayaan. Dengan hadirnya platform digital, kedua produk populer itu semakin dapat diakses oleh masyarakat.

Bagaimana tidak, proses persyaratan administrasi dan dokumentasi dalam urusan kredit dan pembiayaan semakin mudah ditempuh oleh nasabah. “Bisa kita lakukan tanpa batasan waktu dan ruang,” katanya.

2. Perbankan harus ikut pergeseran gaya hidup nasabahnya

IDNTimes/Holy Kartika

Digitalisasi dalam sektor perbankan juga dapat efektif menyambut perkembangan industri digital di Tanah Air. Seiring dengan pergeseran gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat yang erat dengan teknologi, termasuk terhadap produk dan layanan jasa keuangan, maka kantor-kantor bank mesti bisa mengikuti.

“Kami mendorong sektor jasa keuangan untuk melakukan tranformasi digital baik dari proses bisnis, saluran distribusi, sampai dengan struktur kelembagaannya. Tentunya diiringi dengan implementasi manajemen risiko yang memadai,” ujar Wimboh.

Dalam Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia 2020-2025, tercatat bahwa pengembangan di bidang perbankan akan menyasar sejumlah hal.

Di antaranya ialah memperkuat tata kelola dalam manajemen terintegrasi; mendorong penggunaan teknologi informasi seperti cloud, blockchain, dan omnichannel; mendorong terjadinya kerja sama terkait penggunaan teknologi; dan mendukung implementasi digital di sektor perbankan.

“Dukungannya melalui percepatan dan integrasi proses persetujuan produk jasa keuangan berbasis digital. Kami akan terus mengakomodasi perizinan bank digital dengan mengacu kepada ketentuan yang berlaku,” katanya.

3. Modal Indonesia dan kelancaran transformasi digital

Wimbok (IDN Times/Istimewa)

Sebenarnya, Indonesia memiliki cukup modal untuk mengembangkan industri digital. Menurut data Kementerian Keuangan pada 2019, lanjut Wimboh, Indonesia memiliki sekitar 50 juta penduduk kelas menengah dan sekitar 120 juta penduduk kelas menengah harapan.

Adapun berdasarkan data OJK, pada 2019 masih terdapat sekitar 83 juta penduduk yang belum terjangkau akses perbankan. Di sisi lain, ada sekitar 196,7 juta dari total penduduk Indonesia yang memiliki akses ke internet.

Indonesia juga berada di peringkat keempat negara di dunia yang melakukan transaksi jual beli melalui platform e-commerce berdasarkan Global Ecommerce 2019. Adapun sepanjang 2020 terjadi pertumbuhan volume transaksi digital sebesar 37,35 persen.

Berita Terkini Lainnya