Berdiri 2016, Julo Berhasil Kumpulkan 350 Ribu Nasabah
Industri fintech tumbuh subur di Indonesia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times – Perkembangan financial technology (fintech) alias teknologi finansial (tekfin) di Indonesia semakin menjadi-jadi. Bahkan, hal tersebut diakui Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta.
Menurut Filianingsih, industri fintech telah banyak mengubah tatanan keuangan Indonesia. Ia mengatakan, dari sepuluh pemain besar di industri retail payment, lima di antaranya merupakan jasa keuangan non-bank.
Dengan pertumbuhan penyaluran pinjaman sebesar 135 persen (year on year) pada Desember 2020, terlihat bahwa fintech kini telah menjadi alternatif dari bank konvensional.
Sambutan masyarakat Indonesia terhadap hadirnya fintech bukan tanpa alasan. Kemudahan untuk mengakses layanan mereka, salah satunya yakni lewat digital dengan kualitas user interface yang memuaskan, sedikit banyak membantu fintech berkembang pesat.
Bayangkan, tanpa perlu mengantre lama dan mempersiapkan berkas fisik, nasabah bisa mengakses kebutuhan mereka hanya lewat beberapa ketukan jempol.
1. Semakin mudah diakses, semakin tinggi penyerapan kredit
Berkembangnya industri fintech ini pun dirasakan betul oleh Julo, perusahaan asli Indonesia yang berfokus memberi pinjaman online pada masyarakat. Adrianus Hitijahubessy, CEO sekaligus Co-Founder Julo, mengatakan jika lembaganya selalu berusaha untuk mempermudah urusan masyarakat.
“Sebagai salah satu platform fintech, Julo harus lebih mudah diakses bagi semua masyarakat. Dengan begitu harapannya kita dapat mempercepat proses penyerapan kredit,” tutur Adrianus, dalam rilis yang diterima IDN Times.
Julo sendiri sebenarnya telah hadir di Indonesia sejam 2016 silam. Mereka menawarkan kredit online dengan limit sampai Rp15 juta, dan bunga mulai dari 0,1 persen per hari. Tawaran itu sejauh ini berhasil membuat nasabah tertarik.