Tips Jaga Bisnis selama Krisis, Pastikan 3 Hal Ini agar Bisa Bertahan

Jawab juga pertanyaan ini untuk kamu yang berjiwa pengusaha

Jakarta, IDN Times - Hampir seluruh sektor usaha terdampak pandemik COVID-19. Berbagai jenis pembatasan sosial, mulai dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB), pemberlakuan pembatasan (PPKM), maupun PPKM Mikro, telah membuat kondisi yang sangat menantang dalam menjalankan bisnis.

Apalagi belakangan wacana lockdown mulai digaungkan. Banyak perusahaan harus berpikir keras untuk mencari pendekatan inovasi demi mempertahankan kelangsungan bisnis mereka.

Bahkan ketika ketidakpastian ekonomi ini mulai mereda, ada kebutuhan mendesak akan panduan yang memprioritaskan perubahan pada pendekatan inovasi, dan bagaimana memutuskan peluang mana yang harus dipahami.

Dilansir dari World Economic Forum, ada tiga cara yang bisa dilakukan pengusaha dan pertanyaan yang mereka harus jawab agar bisnis mereka bisa tetap berkembang selama krisis ini. Apa saja?

Baca Juga: Bingung Cari Ide Bisnis? 3 Bisnis Ini Bisa Laku Setiap Hari Lho!

1. Berinvestasi dalam bakat inovasi karyawan

Tips Jaga Bisnis selama Krisis, Pastikan 3 Hal Ini agar Bisa BertahanIDN Times/Rizka Yulita

Ketika bicara soal inovasi, tentu tidak lepas dari peran sumber daya manusia atau karyawan yang dimiliki pengusaha. Eksekutif senior dari perusahaan yang paling cepat berkembang memberikan perhatian khusus untuk menjaga para pemimpin tim, direktur proyek dan manajer program yang memperjuangkan dan memimpin inisiatif inovasi perusahaan.

Caranya bisa dengan mempertahankan talenta top yang mereka miliki. Kedua, perusahaan bisa mulai 'melirik' talenta terbaik dari perusahaan pesaing yang mungkin mengalami kendala seperti pemotongan gaji, dirumahkan sementara dan lainnya. Nah untuk meyakinkan apakah investasi terhadap bakat inovasi ini hal penting, coba jawab pertanyaan ini dulu:

Apakah bakat inovasi itu adalah hal yang langka dan perlu kita cari? Sudah belum sih kita berinvestasi untuk memahami secara mendalam dan mengembangkan kompetensi para pemimpin inovasi yang akan kita rekrut? Apakah kita dianggap sebagai perusahaan pilihan oleh talenta inovasi yang ingin kita rekrut? Jika tidak, mengapa tidak? Langkah apa yang kita ambil untuk mempertahankan karyawan dengan potensi inovasi yang tinggi?

2. Riset apa yang dibutuhkan pelanggan dan mencari inovasi baru

Tips Jaga Bisnis selama Krisis, Pastikan 3 Hal Ini agar Bisa BertahanIlustrasi Riset (IDN Times/Arief Rahmat)

Suara pelanggan sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi di pasar. Kadang pendapat konsumen bisa menjadi indikator dari perubahan yang akan datang. Untuk tahu apa cara atau pendekatan yang kita lakukan untuk mengakomodasi kebutuhan pelanggan itu penting, pengusaha bisa menjawab pertanyaan ini:

"Apakah kita memulai proses pengembangan inovasi dengan teknologi atau punya peta produk dan perbandingannya dengan peta pengalaman pelanggan?" tulis World Economic Forum yang dilansir pada Senin (20/7/2020).

Kedua, berapa banyak yang kita investasikan dalam mencari peluang daripada bereaksi terhadap ide-ide dari penelitian dan pengembangan (litbang), operasi, dan tenaga penjualan.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Google agar Bisnis Tetap Lancar di Tengah Pandemik

3. Jangan takut ambil risiko dan belajar dari kesalahan

Tips Jaga Bisnis selama Krisis, Pastikan 3 Hal Ini agar Bisa BertahanIDN Times/Rizka Yulita & Anjani Eka Lestari

Pengusaha juga harus mendorong pengambilan risiko secara bijaksana. Organisasi yang inovatif biasanya menumbuhkan toleransi untuk mengambil risiko dengan mendukung eksperimen cepat-gagal dan belajar dari kekecewaan atas kesalahan inovasi mereka.

Siapa pun tidak akan senang dengan ketidakpastian. Tetapi cara perusahaan mengatasi ketidakpastian yang tidak dapat dikurangi ini dengan memisahkan para pemimpin pertumbuhan dari para penghambat ide mereka.

Para pengusaha harus membedakan kekecewaan mereka, berbagi resiko dengan rekan pengembangan mereka dan menahan serta mengelola risiko ini dengan taruhan yang kecil dan bertahap. Mereka mengambil tanda-tanda dari startup untuk mengadaptasi konsep-konsep seperti prototyping cepat, eksperimen yang hemat dan metodologi yang ringkas.

Pengusaha bisa menjawab pertanyaan ini untuk memastikan apakah mereka siap dengan pengambilan risiko tersebut:

Apakah eksperimen dipandang sebagai peluang untuk belajar atau sumber keterlambatan dan kesalahan yang harus dibayar mahal? Apakah kita mendorong eksperimen kecil dan cepat untuk memuaskan keingintahuan inovasi atau menguji hipotesis? Apakah kita memperlakukan uji coba sebagai langkah pertama dalam peluncuran produk? Sejauh mana kita secara aktif membangun dan berpartisipasi dalam jaringan inovasi eksternal?

Baca Juga: Mau Buka Bisnis Sendiri? Pisahkan Dulu Tabungan Bisnis dan Pribadi 

Topik:

  • Anata Siregar
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya