Di Balik Kesuksesan Tas NIION dan Produk Transparannya

Produk lokal itu memproduksi 36 ribu potong tas per tahun

Bandung, IDN Times – Sebagai orang Indonesia di Singapura pada akhir 2012, banyak hal dalam pandangan Adit Yara yang tak lumrah. Misalnya, budaya masyarakat Singapura menggunakan tas bermerek mahal di hari kerja, kemudian berbusana simpel dan menggunakan tas yang sama simpelnya di akhir pekan. Itu tak biasa bagi Adit.
 
Tapi, lama-lama ia pun mengikuti tren itu. Dari sana pula ia berpikir menciptakan tas dengan konsep minimalis seperti yang digunakan orang-orang Singapura di akhir pekan, dan mencoba memasarkannya di Indonesia. Walhasil, kini mereka bisa memproduksi 36 ribu potong tas setiap tahunnya.
 
Itu adalah sepenggal kisah merek dagang lokal bernama NIION. Bagaimana kisah perjalanan Adit selengkapnya?

1. Dulu merantau ke Singapura, sekarang punya usaha

Di Balik Kesuksesan Tas NIION dan Produk TransparannyaIDN Times/Galih Persiana

Waktu melakoni kisah di atas, Adit adalah seorang desainer interior di perusahaan Singapura produsen baju dan sepatu bernama Charles and Keith. Pada 2013, beberapa bulan kemudian, ia memutuskan untuk pulang ke Kota Bandung, Indonesia, dan melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Administrasi Bisnis di Institut Teknologi Bandung.
 
Pendidikan itu membawanya berani masuk nyemplung ke dalam dunia bisnis kreatif. Di saat yang sama, ia pun menciptakan tas NIION dengan beberapa artikel dan habis dalam sebulan. Lahirlah identitas NIION sebagai merek dagang asal Bandung yang fokus memproduksi tas minimalis.
 
“Jadi, setelah peristiwa itu kita semakin pede (Percaya diri), ternyata ada juga market yang ingin tas sesimpel itu. Lalu saya bikin tas banyak," kata Adit, kepada IDN Times di The Parlor, Kota Bandung, Minggu (24/2).

2. Tahun 2015 waktunya NIION naik daun

Di Balik Kesuksesan Tas NIION dan Produk TransparannyaIDN Times/Galih Persiana

Perlu waktu dua tahun bagi Adit dan NIION-nya mengenalkan diri pada market luas sebagai produk tas lipat. Setidaknya, hal itu yang dikatakan Adit. Setelah konsisten menciptakan produk selama dua tahun, NIION pun mulai dikenal pada 2015.
 
Tak tanggung-tanggung, selain tingginya permintaan dalam negeri, produk mereka pun kerap dibeli putus oleh beberapa pengusaha Asia Tenggara. “Cukup banyak yang ambil putus dari Brunei (Darussalam), Singapura, dan Malaysia. Tahun 2016 pun kami titip jual di Megafest di Orchad, Singapura,” katanya.
 
Namun, akibat kerjasama dan sistem kerja yang kurang baik antara NIION dan para pengusaha asing tersebut, sementara waktu produksi untuk pasar luar negeri dihentikan. “Stoknya banyak yang hilang, lalu laporan kurang baik dan sebagainya. Tapi kalau ngomongin pasar, kami yakin NIION bisa tembus pasar internasional. Buktinya banyak yang tertarik beli putus,” tuturnya.
 
Beli putus adalah bahasa gaul dalam istilah perdagangan, di mana pihak penjual membeli produk pada produsen, dan berhak menjual barang itu kembali. Dalam transaksi perdagangan tersebut, produsen tidak bertanggungjawab soal laku atau tidaknya produk bagi konsumen akhir.

3. Menjual 30 ribu potong tas per bulan

Di Balik Kesuksesan Tas NIION dan Produk TransparannyaIDN Times/Galih Persiana

Saat ini, kapasitas produksi NIION per bulannya ada di atas batas aman. Untuk ukuran merek lokal, performa mereka bisa dibilang luar biasa karena berhasil memproduksi rata-rata 30 ribu potong tas per bulan. “Artinya kami produksi 36 ribu potong per tahun. Produk top five-nya saja bisa diproduksi 10 ribu artikel per tahunnya,” ujar dia.
 
Namun, kapasitas produksi tersebut tak membuat NIION berhenti berinovasi. Pada Minggu (24/2), mereka baru saja mengorbitkan tema baru dalam produknya yang dinamai NIION See Through alias NIION Tembus Pandang.
 
Dengan dipasarkannya produk baru itu, Adit berharap NIION mampu menambah skala produksinya. “Di tahun 2019, saya mau naikkin menjadi 50 ribu potong,” tutur Adit.

4. Merespons kepalsuan media sosial

Di Balik Kesuksesan Tas NIION dan Produk TransparannyaIDN Times/Galih Persiana

Sudah sepantasnya perilaku para pengguna media sosial bikin kita resah. Bagaimana tidak, banyak foto yang beredar di media sosial tidak seperti kenyataannya. Anda memang bisa menjadi siapa saja di media sosial. Anda bisa mengubah warna kulit Anda, mengatur seberapa tinggi badan Anda, dan menjadi seseorang yang Anda inginkan di media sosial.
 
Segala kepalsuan tersebut muncul akibat adanya filter foto. Hal itu yang bikin para desainer NIION resah, dan mengekspresikannya dengan mendesain sebuah tema tas NIION See Through.
 
Tema tersebut mengusung ide transparan, dengan bahan mika yang dapat ditembus pandangan mata. Maksudnya, agar para pengguna NIION berani tampil menjadi dirinya sendiri tanpa menyembunyikan perlengkapan yang ia bawa dalam tas.
 
Kepada IDN Times, Susmitha, desainer tas NIION, mengatakan jika ide tas transparan berawal dari kepalanya dan rekan setimnya. Ia tak memungkiri bahwa awalnya desainer NIION banyak belajar dari produk-produk asing seperti Louis Vuitton.
 
“Mika itu kami ambil dari inspirasi filter Instagram. Tas ini pakai bahan mika, di mana mika sebagai filter yang memperlihatkan apa yang ada di dalamnya,” kata Susmitha.
 
Ia memerlukan waktu tiga bulan untuk menciptakan enam artikel dan 30 sketsa tas berbahan mika. Tiga bulan waktu yang sebentar, memang, mengingat Susmitha menerima lima kali revisi dari atasannya.

5. Sulitnya memadukan mika dan taslan

Di Balik Kesuksesan Tas NIION dan Produk TransparannyaIDN Times/Galih Persiana

Sebagai seorang desainer, Susmitha tak boleh sembarangan dalam memilih bahan dan membuat sketsa produk NIION. Lalu, bagaimana caranya tas mika bisa dipadukan dengan bahan taslan (Bahan polyester dengan struktur yang lebih keras)? Susmitha menjawab itu sebagai tantangan seorang desainer.
 
“Awalnya, produk-produk NIION itu pakai bahan polyester. Sekarang, tantangannya sangat sulit memadukan mika dan taslan karena enggak umum sebagai dua material berbeda. Jadi kami mengantisipasinya dengan bentuk tas dan desain saku tas agar dapat dijahit sempurna,” katanya.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya