Bisnis Pulp dan Kertas Makin Menggiurkan, Bagaimana Nasib Lingkungan?

Pemerintah dan investor telah menjalin komitmen

Bandung, IDN Times – Pulp dan kertas merupakan salah satu industri skala besar dengan penggunaan bahan baku yang kompleks dan operasional pabrik yang tak kenal henti. Meski industrinya terus berkembang, namun pulp dan kertas memiliki isu persoalan lingkungan—termasuk potensi kebakaran hutan dan lahan—yang belum dapat ditangani.

Menyikapi hal tersebut, Plt. Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Edy Sutopo mengatakan, industri pulp dan kertas sebenarnya memiliki keinginan untuk menerapkan proses produksi yang berkelanjutan. Menurut dia, para pihak terkait masih terus mengembangkan teknologi demi menyelesaikan tantangan di sektor tersebut.

1. Ada komitmen untuk menyelesaikan isu lingkungan

Bisnis Pulp dan Kertas Makin Menggiurkan, Bagaimana Nasib Lingkungan?Unsplash.com/shyshkina

Menurut Edy, pada prinsipnya seluruh industri memiliki keinginan yang sama dalam semangat melestarikan lingkungan. Lebih daripada itu, pemerintah dan investor mengklaim telah menjalin komitmen untuk tujuan baik tersebut.

“Kita sudah komit dengan hal tersebut. Saya kira semua industri komit dengan isu lingkungan ini, karena memang kalau kita lihat secara hukum, industri di Indonesia dikembangkan dengan prinsip green consumerism,” kata Edy dalam webinar Katadata dengan tema ‘Mewujudkan Industri Pulp dan Kertas yang Berkelanjutan’, Kamis (18/2/2021).

Green consumers adalah pengendalian risiko lingkungan dalam produksi yang secara tidak langsung dikontrol oleh konsumen. Dalam praktiknya, green consumers merupakan perilaku konsumen yang memilih untuk mendapatkan produk ramah lingkungan.

2. Indonesia masih punya potensi untuk menguasai pasar global

Bisnis Pulp dan Kertas Makin Menggiurkan, Bagaimana Nasib Lingkungan?Tanjung Perak. ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Edy menambahkan, industri pulp dan kertas Indonesia memiliki daya saing yang kuat. Saat ini, Industri pulp dan kertas Indonesia masing-masing menempati peringkat 8 dan 6 dunia. Penyebab dari unggulnya daya saing Indonesia ialah adanya potensi bahan baku pulp dan kertas yang cukup besar.

“Indonesia memiliki potensi hutan nomor tiga terbesar di dunia (setelah Brasil dan Zaire) dalam bidang luas area, dan potensi produksi hasil hutan. Dengan iklim tropis, produksi kayu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan hutan di negara pesaing yang beriklim subtropis,” ujarnya.

Adapun permintaan akan produk industri pulp dan kertas, baik di dalam maupun luar negeri, masih bisa dibilang menjanjikan. Permintaan itu antara lain berkisar di antara produk kertas tissue, kertas kemasan, dan lain sebagainya.

“Selain potensi dari kebutuhan kertas, industri pulp juga saat ini sudah berkembang untuk produk hilir lainnya yaitu produk dissolving pulp sebagai bahan baku rayon untuk industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil),” kata dia.

3. Bagaimana Kalimantan melanggengkan potensi hutannya?

Bisnis Pulp dan Kertas Makin Menggiurkan, Bagaimana Nasib Lingkungan?Kondisi kawasan hutan yang rusak di beberapa daerah di Sulsel/JURnaL Celebes

Setali tiga uang, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Utara, Syarifudin, mengatakan jika pemerintah daerahnya pun memiliki semangat yang sama. Sebagai pemilik hutan penghasil pulp dan kertas terbesar di Indonesia, Kalimantan Utara terus mencari bentuk penanganan yang tepat agar kondisi hutan tetap terjaga.

Syarifuddin menjelaskan jika dorongan terhadap pelestarian hutan juga dilakukan untuk meredam ancaman kebakaran hutan di wilayahnya.

Secara ekonomi Dishut Provinsi Kalimantan Utara juga telah membuat skema agar masyarakat ikut terlibat dalam produksi pulp dan kertas. Hingga sekarang pemerintah masih getol mensosialisasikan keuntungan buat masyarakat yang tertarik dengan sistem bagi hasil.

“(Tawaran untuk ikut memproduksi pulp dan kertas) itu dulu hanya untuk reboisasi. Sekarang bisa menjadi dana sosial dan penanggulangan kebakaran,” tuturnya.

Pemerintah, lanjut Syarifudin, membuka lebar pintu kerja sama asalkan apa yang ditanam mempunyai pangsa pasar, sehingga dana hasil bertanam dapat dialokasikan untuk kepentingan bersama.

“Kita selalu mengadakan sosialisasi pada masyarakat untuk melakukan penanaman. Pengadaan bibit juga kita adakan dari KLHK. Skema bagi hasil itu telah disetujui oleh Kementerian Keuangan,” kata Syarifuddin.

4. Produksi pulp dan kertas Indonesia dikuasai dua perusahaan raksasa

Bisnis Pulp dan Kertas Makin Menggiurkan, Bagaimana Nasib Lingkungan?Ilustrasi Infrastruktur (Pelabuhan) (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam sudut pandang yang lain, Ketua Yayasan Auriga Nusantara, Timer Manurung mengatakan, saat ini penyebaran industri kertas dan pulp tidak merata sehingga dapat membahayakan ekonomi negara. Apalagi, di sisi lain, Indonesia dihuni oleh dua grup usaha berskala besar yang memonopoli produksi pulp dan kertas.

“Sudah dikuasai segelintir, sebarannya tidak sehat pula. Industri di Sumatera, kayu dari Kalimantan, belum lagi biaya transportasi jadi besar sekali (biaya produksinya), ini tidak adil secara ekonomi," ujar Timer.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya