Menangkap Peluang Bisnis Menggiurkan di Sektor Pengiriman Barang

Logistik telah menjadi bagian gaya hidup di era digital

Bandung, IDN Times - Sore itu, sekitar pukul 17.30 WIB, Fauzi masih sigap melayani setiap pelanggan yang datang. Sembari bercengkrama dengan pegawai lain, dia gesit mengetik alamat yang tertera pada paket yang akan dikirimkan untuk dimasukkan ke dalam pendataan komputer.

Fauzi bercerita, setiap hari orang yang datang untuk mengirim barang tidak pernah sepi. Mulai dari pagi sampai malam hari, hilir mudik orang masuk keluar toko tak berhenti. Ada yang membawa hanya sekadar amplop, bungkusan kecil, hingga berkilogram-kilogram beratnya barang yang akan dikirim

"Ya banyaknya ke luar kota sih. Ke luar provinsi juga banyak. Kalau ke luar pulau memang belum begitu. Mayoritas masih di Pulau Jawa lah," ujar Fauzi menerangkan, Minggu (22/9).

Dia menuturkan, semenjak banyak aplikasi penjualan barang secara online (daring) lewat handphone (ponsel pintar), memang peningkatan penggunaan jasa pengiriman logistik makin terasa. Ini terlihat dari banyaknya barang yang dikirim dan variasi barang tersebut. Hal ini juga yang membuat Fauzi kerap menambah jam kerja untuk merapikan seluruh paket agar pengiriman bisa sesuai jadwal.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada sektor pergudangan dan jasa penunjang angkutan, pos, dan kurir, angkanya meningkat secara perlahan. Pada 2017, laju pertumbuhan dalam empat triwulan secara rerata mencapai 8,52 persen. Angka ini memang sempat menurun pertumbuhan secara year on year (yoy) di mana pada 7,85 persen.

Meski demikian, BPS optimistis angka ini kembali akan naik kembali pada 2019 melihat tren penggunaan jasa logistik yang kiat digandrungi. Untuk triwulan pertama 2019, pertumbuhan yoy mencapai 8,28 persen, dan pada triwulan kedua telah mencapai 9,70 persen.

1. Usaha jasa pengiriman barang menguntungkan

Menangkap Peluang Bisnis Menggiurkan di Sektor Pengiriman BarangIDN Times/Debbie Sutrisno

Di tengah perkembangan dunia digital, salah satu sektor yang diuntungkan adalah bisnis pengiriman barang. Peralihan sistem jual beli dari offline (luring) ke online akibat menggeliatnya dunia internet menyebabkan masyarakat lebih mudah untuk berbelanja. Konsumen pun bisa membeli barang yang ada di kota lain dalam satu provinsi, bahkan luar provinsi. Dengan kondisi tersebut, maka bisnis di sektor logistik jelas tidak akan merugi.

Ahmadsyah, salah satu rekanan waralaba perusahaan logistik, JNE Express, menuturkan, dalam tiga tahun terakhir di mana bisnis barang online semakin digemari, tokonya tidak pernah sepi konsumen yang ingin mengirim paket. Hal ini jauh di luar ekspetasi karena awalnya dia harus banting tulang mencari konsumen dengan menjemput barang yang ingin dikirim.

Membuka toko JNE Express pada 2015 dengan modal awal Rp40 juta, setahun berjalan bisnisnya naik turun. Untungnya dulu belum banyak orang dan pesaing dalam sektor ini sehingga dalam setahun lebih modal yang dirogoh bisa kembali.

"Dengan strategi jemput barang itu akhirnya usaha mulai terasa sejak tujuh bulan awal. Kalau enam bulan dibuka toko sepi peminat," ujar Ahmadsyah kepada IDN Times.

Mulai tahun 2017 ketika sistem digitalisasi semakin mempernyaman masyarakat dalam berbelanja secara online, bisnis yang digeluti Ahmadsyah pun kian untung. Saat ini sedikitnya pendapatan kotor dalam sebulan bisa mencapai Rp50 juta. Setelah dikurangi operasional dan gaji pegawai dia mampu meraup pendapatan Rp20 juta per bulan.

Ahmadsyah pun optimistis bisnis sektor ini akan terus tumbuh di mana mendatang. Ponsel yang semakin canggih, kemudahan akses internet, hingga masyarakat yang enggan capek untuk datang ke toko atau mal, maka jasa pengiriman barang jelas diuntungkan. Sebab semakin banyak konsumen yang memesan barang dengan cara online.

Dengan modal yang sudah terkumpul dan melihat masa depan era digital yang kian maju, Ahmadsyah berniat untuk membuka toko kedua yang sama-sama bermain dalam sektor jasa pengiriman barang. Namun, dia masih berpikir apakah jasa ini masih bekerjasama dengan dengan perusahaan yang sama, atau berbeda. Sebab setiap perusahaan logistik memiliki keunggulan dan kekurangannya tersendiri.

"Saya masih itung-itungan dulu sama istri mau buka toko dari perusahaan mana, dan tempatnya di mana. Karena kan lokasi juga ngaruh ke penjualan," kata dia.

Menangkap Peluang Bisnis Menggiurkan di Sektor Pengiriman BarangIDN Times/Sukma Mardya Shakti

2. Pengiriman barang yang terlambat jadi persoalan yang harus diselesaikan

Menangkap Peluang Bisnis Menggiurkan di Sektor Pengiriman BarangIDN Times/Istimewa

Meski bisnis ini memberikan pendapatan cukup tinggi, Ahmadsyah menyebut bahwa usaha di jasa pengiriman bukan tanpa hambatan. Satu yang paling krusial adalah masalah waktu pengiriman yang tepat waktu.

Selama empat tahun bergelut di bidang ini, keluhan dari konsumen mayoritas memang dari segi waktu pengiriman. Sebab masih ada barang yang seharusnya sampai dalam tiga hari misalnya, kemudian terlambat bahkan sampai dua hari.

"Memang itu jadi soal. Khususnya barang yang minta dikirim ke luar pulau yang harus pakai pesawat. Itu paling sering," ujar Ahmadsyah.

Permasalahan pengiriman yang terlambat seperti itu pernah dialami Muhammad Zaenudin, salah satu pengusaha konveksi di Kota Bandung. Zae, biasa dia dipanggil, memang memiliki pangsa pasar baju konveksi di luar Pulau Jawa, banyaknya di Sumatera dan Sulawesi. Untuk mengirimkan pesanan, jasa logistik menjadi pilihan yang tak terelakan.

Zae menceritakan, dia pernah mendapat pesanan baju dalam jumlah cukup besar dari orang Belitung, Sulawesi Utara. Ketika pembuatan baju telah selesai dan dikirim ke salah satu perusahaan jasa logistik, Zae meminta pengiriman normal maksimal empat hari.

Namun, setelah lebih dari empat hari paket yang dikirimkan belum juga diterima pemesan. Padahal alamat yang diberikan pun sudah sesuai.

"Pas saya tanya jawabannya ke operator pengiriman karena ada delay pesawat. Tapi dia juga ga tahu kapan bisa sampai. Hanya bilang secepatnya," ujar Zae menirukan jawaban operator perusahaan logistik.

Dia sempat kesal karena barang kirimannya tidak tiba tepat waktu. Beruntung pemesan pakaian tidak mempermasalahkannya karena acara yang rencananya akan menggunakan baju tersebut mundur satu pekan. Meski demikian, Zae masih tidak terima karena operator perusahaan tidak bisa menjelaskan di mana posisi tepatnya barang kiriman ketika mengalami keterlambatan.

Menangkap Peluang Bisnis Menggiurkan di Sektor Pengiriman BarangIDN Times/Sukma Mardya Shakti

3. Digitalisasi jadi kunci pelayanan jasa logistik

Menangkap Peluang Bisnis Menggiurkan di Sektor Pengiriman BarangIDN Times/Debbie Sutrisno

Ketua Kompartemen Rantai Pasok, e-commerce, dan Digital Logistik Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yan Hendry Jauwena menuturkan, bisnis sektor logistik saat ini semakin maju. Perkembangan dunia digital di masyarakat membuat setiap orang lebih mudah mencari dan membeli barang. Pergeseran pola membeli ini yang kemudian berdampak positif untuk sektor logistik.

Di sektor e-commerce misalnya, saat ini konsumen sudah semakin banyak yang beralih dari belanja offline ke online. Transaksi melalui sistem online pun semakin tinggi, berbanding terbalik dengan offline yang perlahan menurun. Dengan perubahan ini, para pemain logistik pun harus bisa meningkatkan perannya guna memenuhi ekspetasi konsumen ketika berbelanja secara online.

Menurut Hendry, salah satu yang harus diperbaiki para perusahaan logistik adalah pada bagian fulfillment, di mana paket yang akan dikirim dibungkus dengan baik di pergudangan, ditandai, dan disesuaikan dengan tujuan daerah tempat paket itu harus dikirimkan. Karena ketika barang ini salah bungkus maka akan salah tujuan kirim.

"Dan di era digital ini kunci dalam pengiriman logistik adalah di bagian fulfillment. Saat ini sudah ada yang menuju ke sana tapi tidak semua perusahaan melakukannya. Padahal ini sangat penting," kata Hendry.

Berdasarkan data yang dihimpun ALFI, pertumbuhan bisnis logistik tinggi. Dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan penggunaan jasa logistik lebih dari 30 persen. Bahkan tahun depan diperkirakan pertumbuhannya bisa lebih tinggi.

Untuk mencapai angka tersebut, ALFI mengimbau para perusahaan logistik bisa membangun sistem digitalisasi bagi konsumen untuk mengetahui posisi barang kiriman mereka. Teknologi seperti ini sebenarnya sudah banyak digunakan beberapa pelaku e-commerce untuk konsumen. Dengan cara ini konsumen tahu barang yang dibeli mereka posisinya sudah ada di mana, apakah masih di toko tempat membeli, sudah sampai ke jasa logistik, hingga tengah di kirim ke tempat tujuan.

"Ketika para pemain (jasa logistik) belum bisa mengadaptasi teknologi maka jasa ini tidak akan efektif dan efisien. Cara untuk mengembangkan teknologi sudah banyak dan ini akan berdampak baik," papar Hendry.

Dia menambahkan, konsumen sekarang sudah semakin pintar memilih jasa pengiriman mana yang lebih menguntungkan untuk kemudahan berbisnis maupun berbelanja. Mereka sudah tidak ingin mencari tahu, tapi lebih ingin diberikan informasi terkait produk yang diperjualbelikan.

4. Sektor logistik jadi kebutuhan yang tak terelakan

Menangkap Peluang Bisnis Menggiurkan di Sektor Pengiriman Barang

Dihubungi terpisah, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira menuturkan, bisnis logistik merupakan salah satu sektor yang masih bagus pertumbuhannya dibandingkan sektor jasa lainnya. Ini terlihat dari banyaknya pemain logistik baru baik di dalam maupun perusahaan dari luar negeri yang mulai memasarkan produk jasanya.

Perkembangan bisnis logistik juga tidak terlepas dari pertumbuhan pangsa pasar jual beli online untuk produk konsumsi di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang besar dan kemudahan internet yang terus diperbaiki, maka akan semakin mudah masyarakat mengakses kebutuhan.

"Maka sekarang bisnis logistik mengalami perubahan yang sebelumnya partai besar, sekarang mulai masuk ke logistik untuk retail dengan semakin banyak e-commerce dan market place yang disuguhkan," kata Bhima.

Hal ini bisa dilihat dari sejumlah perusahaan logistik partai besar yang kemudian membuka anak perusahaan atau bentuk usaha lain untuk menampung pengiriman barang dalam jumlah kecil. "Misalnya ada Lion Parcel yang sebelumnya main di cargo," ujarnya.

INDEF memproyeksi potensi transaksi bisnis daring di Indonesia masih sangat menggiurkan setidaknya sampai 2021. Jumlah pembeli daring diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2015, yakni sebesar 22,2 juta pembeli menjadi 38,34 juta pembeli daring pada tahun 2021. Lembaga ini pun memprediksi bahwa nilai dari penjualan transaksi daring pada tahun 2021 meningkat sekitar 300 persen dibandingkan 2015, yaitu 4,61miliar dolar AS menjadi 11,32 miliar dolar AS pada 2021. Artinya, pasar transaksi daring di Indonesia masih sangat potensial menjanjikan keuntungan yang besar dalam beberapa tahun mendatang.

Bhima mengatakan, di tengah perkembangan era digital seperti sekarang, tantangan masih menyelimuti bisnis sektor logistik. Dengan persaingan yang kian ketat, perusahaan logistik harus bisa membaca keinginan konsumen. Misalnya dengan memberikan diskon atau promo ketika mereka mengirim barang.

Cara ini dipercaya mampu meningkatkan market share perusahaan tersebut. Setelah pasar mampu terbentuk dan masyarakat banyak yang menggunakan jasa perusahaan tersebut maka

Di sisi lain, Bhima sependapat mengenai keharusan perusahaan logistik membuat aplikasi yang bisa memudahkan konsumen mengecek keberadaan barang kiriman. Melalui aplikasi tersebut konsumen tidak akan khawatir dan bisa menanyakan langsung ketika paket terhambat di perjalanan.

"Satu cara lain adalah dengan membuat program door to door. Jadi yang ingin kirim barang bisa panggil petugas jasa pengiriman, tidak harus mereka yang mengantarkan," ungkapnya.

Ketika perusahaan menyediakan berbagai akses untuk mempermudah konsumen dalam bertransaksi hingga pengambilan, pemantauan barang, serta menjaga barang yang dikirim tidak mengalami cacat, Bhima optimistis sektor ini tidak akan mengalami penurunan dari segi pendapatan.

5. Pertumbuhan bisnis logistik di Jawa Barat diprediksi melesat

Menangkap Peluang Bisnis Menggiurkan di Sektor Pengiriman BarangIDN Times/Debbie Sutrisno

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) berencana mengembangkan kawasan industri baru yang disebut Segitiga Rebana. Kawasan ini mencakup Subang, Cirebon, dan Majalengka. Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) selain akan dijadikan tempat penerbangan masyarakat, rencananya juga akan digunakan untuk pusat bisnis kargo e-commerce.

Kepala Regional JNE Jawa Barat, Murah Lestasi menyambut positif rencana membangun kawasan perekonomian baru di Segitiga Rebana. Murah menuturkan, dengan adanya kawasan seperti itu maka akan ada peningkatan perekonomian masyarakat yang kemudian berdampak pada pertumbuhan kebutuhan jasa logistik.

Saat ini jumlah pertumbuhan jumlah jaringan di mana kemitraan termasuk di dalamnya tiap tahun sekitar 10- 15 persen. JNE pun telah memiliki lebih sekitar 7000 titik layanan di seluruh Indonesia dan lebih dari 900 titik layanan di Jabar. Khusus di Jabar, pengembangan infrastruktur berupa titik layanan di tahun 2018 di area Jawa Barat mengalami penambahan sekitar 15 persen.

Menurutnya, pada masa mendatang di tengah pesatnya perkembangan ekonomi digital, industri logistik juga ikut tumbuh positif karena pemindahan barang dari produsen ke konsumen akhir membutuhkan logistik yang efisien dan tepat waktu.

"Maka untuk ketiga daerah tersebut JNE terus berupaya mengembangkan infrastruktur salah satunya dengan penambahan titik layanan hingga ke kecamatan, dan warehouse," ujar Murah kepada IDN Times.

Dia menambahkan, dengan kelebihan bonus demografi provinsi Jabar yang mencapai lebih dari 48 juta penduduk, tanda-tanda kekuatan ekonomi kreatif di daerah ini mulai terlihat dan terus berkembang sehingga potensi di bidang logistik juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pengiriman.

Pembangunan infrastruktur yang terus digenjot pemerintah di Pulau Jawa memberikan nilai tambah kepada para pelaku usaha kecil menengah (UKM) dan pelaku industri kreatif di Jabar untuk mengembangkan usahanya dan memasarkan produk bahkan sampai ke luar negeri.

"Setiap tahun JNE di Jawa Barat mencatat peningkatan kiriman 30 persen sampai 40 persen secara konsisten," paparnya.

Murah memastikan, JNE melakukan pengembangan di berbagai bidang, seperti teknologi dan infrastruktur. Keberadaan mitra sebagai sales counter, di kota besar sampai dengan kabupaten hingga tingkat kecamatan, menjadi salah satu faktor penting bagi JNE dalam memberikan kualitas pelayanan prima kepada semua pelanggan di seluruh nusantara selama lebih dari 28 tahun.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya