TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Wabah COVID-19 dan Lahirnya Produk Masker Fashionable ala NIION

Bagaimana jenama streetwear bertahan di tengah wabah corona?

Produk masker lokal NIION (Instagram/niion_id)

Bandung, IDN Times – Wabah virus corona (COVID-19) yang menyerang Indonesia memukul kondisi ekonomi kita. Setelah muncul aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dari pemerintah, banyak pengusaha baik skala kecil maupun besar terpaksa tiarap. Tak terkecuali para jenama streetwear yang menyumbang gairah ekonomi di Kota Bandung.

Salah satunya adalah NIION. Jenama yang bergerak di bidang tas dan barang turunannya ini merasakan hal yang sama dengan jenama lainnya: melemahnya penjualan hingga ke titik terendah sepanjang mereka berdiri. Kepada IDN Times Jabar, Adit Yara, pemilik NIION, mengatakan jika ia sempat hanya mendapat Rp150 ribu dari penjualannya per hari.

“Sampai hari pas Pak Jokowi (Presiden Joko Widodo) bilang di press conference soal PSBB, NIION cuma menjual Rp150 ribu sehari. Kondisinya benar-benar rontok. Buat NIION sendiri mungkin bisa hit (terpukul) sampai 80 persen,” kata Adit, saat dihubungi via sambungan telepon, Selasa (2/5).

1. Tidak mau cut off karyawan

Adit Yara, Founder Niion (IDN Times/Galih Persiana)

Dalam kondisi itu, Adit mengaku tak ingin sampai merumahkan para karyawannya. Ia kemudian mewawancarai ulang semua karyawan, seperti halnya proses rekrutmen yang pernah ia lakukan.

“Hal yang pertama saya lakukan adalah tidak mau cut off anak-anak (karyawan). Maka saya one by one interview ulang semuanya. Saya tanya mereka, tanya keseriusan mereka untuk mau atau tidak berjuang bareng?” tutur dia.

Setelah mendapat kepastian dari para karyawannya, ia mulai melangkah untuk memikirkan sebuah strategi yang dinamakan pivot!

2. Perhitungan melalui strategi pivot

Sterling, produk premium Niion (IDN Times/Galih Persiana)

Dalam kondisi itu, Adit mengaku menerapkan strategi pivot. Dalam dunia startup, strategi pivot lazim digunakan ketika kondisi perusahaan stuck. “Prinsip (dari strategi pivot) adalah ketika hampir 50 persen market tidak bisa diraih, berarti ada yang salah. Entah itu produknya, segmentasi pasarnya, atau hal-hal lainnya. Dalam kondisi ini, yang salah adalah wabah COVID-19,” tutur Adit.

Maka itu, sesuai dengan arahan strategi pivot, Adit mulai untuk mengubah strategi untuk mendekati potensi keuntungan tanpa mengubah filosofi dari produknya. Seperti halnya produk tas bermaterial nylon dan polyester yang membesarkan nama mereka, NIION kemudian mulai mendesain masker dengan tidak melepaskan materi tersebut.

Pertanyaannya, mengapa ia begitu percaya diri dengan langkah tersebut?

3. Desain lebih fashionable ketimbang masker pada umumnya

Produk masker lokal NIION (Instagram/niion_id)

Sepekan setelah pasar Indonesia dipenuhi akan tingginya permintaan masker, Adit baru meluncurkan masker bikinan NIION. Menurut dia, waktu rilis itu tidaklah terlambat. Sesuai dengan strateginya, Adit mengaku ingin lebih dulu mengetahui perkembangan supply dan demand masker di pasaran selama sepekan, sebelum benar-benar merilis produknya.

Akhirnya lahirlah produk dengan nama Halpa Series. Produk masker NIION ini berbeda dengan masker pada umumnya. Pendekatannya lebih fashionable, ketimbang masker medis yang beredar di pasaran.

Dengan warna yang lebih mentereng dan desain yang lebih simpel dan berbeda, NIION berani merilis produknya dengan harga di bawah Rp100 ribu. Masker ini memang unik, karena dilengkapi dengan tali pengerat bergaya serut.

“Kami tidak mengklaim bahwa Halpa Series punya kualitas medis yang sama dengan masker N95 atau yang lainnya. Tapi setelah iseng ke Balai Besar Tekstil, mereka menilai bahwa bahan yang selama ini dipakai NIION sudah masuk ke dalam standar medis,” ujar dia.

Baca Juga: Niion Rilis Produk Premium, Saatnya Brand Lokal Menggebrak Pasar!

Baca Juga: NIION: Tas Asal Bandung yang Segera Mejeng di Las Vegas

Baca Juga: 5 Rekomendasi Tas untuk Traveling dari Merek Lokal, Dijamin Stylish!

Berita Terkini Lainnya