TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Crowde, Startup Pembiayaan untuk Pertanian

Persyaratan menerima modal diklaim lebih mudah

ilustrasi petani cabai (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Bandung, IDN Times – Di Indonesia sektor pertanian memiliki peran sentral karena dapat memengaruhi tingkat ketahanan pangan nasional. Maka jangan heran jika tidak sedikit pihak yang berharap pertanian di Indonesia mengalami kemajuan saban tahunnya.

Salah satu hal yang dapat mendorong kemajuan di sektor pertanian ialah penyaluran pembiayaan bagi para petaninya. Masalahnya, bagi para petani, akses mendapatkan pemodalan tersebut tidaklah mudah karena mesti disertai dengan berbagai persyaratan yang terkesan ribet.

Dalam keterbatasan itu, startup Crowde hadir untuk menjembatani akses permodalan petani. Mereka menjadi medium antara petani dan pemodal, dan menyalurkan hasil pertaninan lewat mitra-mitranya.

1. Crowde dibikin untuk jawab masalah di sektor pertanian

Ilustrasi kegiatan petani di area persawahan yang terendam air. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Dalam acara Digital Nusantara Expo and Summit (DNES) yang digelar pada 29-31 Maret 2022, Crowde hadir sebagai salah satu peserta. Di tengah acara yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia itu, mereka menunjukkan penerapan teknologi yang ramah bagi para petani.

Dalam misinya, Crowde memang ingin menciptakan ekosistem pertanian yang inklusif dan mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Sementara forum DNES sendiri memang bertujuan untuk menggerakkan roda industri pertanian melalui perusahaan berbasis digital dalam bidang perdagangan.

Menurut Yohanes Sugihtononugroho, CEO sekaligus Co-founder Crowde, perusahaannya memang memanfaatkan betul digitalisasi untuk menjawab masalah-masalah di sektor pertanian.

“Cowde hadir sebagai salah satu startup Indonesia yang sudah mulai go digital dan menjembatani permasalahan di bidang pertanian-perikanan. Salah satunya untuk membantu akses petani daerah mendapatkan permodalan dari bank,” tutur dia, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Sabtu (30/4/2022).

2. Crowde menawarkan kemudahan persyaratan permodalan

Ilustrasi Memberi dan Menerima Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Yohanes menjelaskan, Crowde dibikin dengan berbagai upaya agar ramah pengguna sehingga dapat diakses oleh petani. Tak hanya itu, Crowde pun menawarkan kemudahan persyaratan bagi petani untuk dapat mengakses modal.

“Dengan keterbatasan pengetahuan akan persyaratan yang dibutuhkan dalam pengajuan permodalan, Crowde menjadi contoh bentuk kolaborasi nyata untuk Indonesia bersama petani-petani daerah,” ujar Yohanes.

3. Setelah mendapatkan modal, petani akan didampingi field assistant

Ilustrasi aktivitas pertanian. (Dok. Kementan)

Secara teknis, Crowde membantu petani mulai dari persiapan administrasi, sampai dengan pengecekan kelayakan petani untuk mendapatkan permodalan. Petani yang menerima permodalan juga akan didampingi oleh field assistant dalam memonitor proses budidaya sesuai standar operasional prosedur (SOP) hingga dapat meningkatkan hasil panen.

Dalam praktiknya, Crowde akan berkolaborasi bersama dengan mengunjungi BUMDes di masing-masing daerah untuk menyepakati jenis kerja sama yang dapat dijalin ke depannya. Tak cuma itu, kata Yohanes, kunjungan ke BUMDes juga dilakukan untuk menentukan potensi industri pertanian dan kesejahteraan petani

“Crowde akan terus melanjutkan visi-misinya untuk menjangkau dan mendukung para petani di wilayah terpencil dengan menyediakan teknologi pertanian yang memadai, serta akses permodalan agar kualitas hidup mereka makin sejahtera,” katanya.

Baca Juga: Irigasi Pertanian Dongkrak Produktivitas Pertanian Tabanan

Baca Juga: Kembangkan Budi Daya Pertanian, Mentan: Petani Manfaatkan KUR Pertanian

Baca Juga: Gen Z Harus Tahu! 5 Potensi Besar Dibalik Jurusan Ilmu Pertanian

Berita Terkini Lainnya