TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

2022 Jadi Tahun Kebangkitan Ekonomi, Brand Harus Paham Omnichannel

Omnichannel diklaim dapat optimalkan jangkauan market

Ilustrasi Belanja E-commerce (IDN Times/Arief Rahmat)

Bandung, IDN Times - Pandemi COVID-19 yang menggenjot industri e-commerce telah mendorong kesiapan pasar Indonesia pada sistem ritel yang omnichannel. Sistem dengan model bisnis lintas channel yang menghubungkan operasional bisnis online dan offline ini diklaim menjadi formula tepat untuk ke depannya.

Kesimpulan itu tertuang dalam laporan lanskap perkembangan e-commerce berjudul "Navigating Indonesia's E-Commerce: Omnichannel as the Future of Retail" yang dikerjakan oleh SIRCLO (perusahaan solusi e-commerce) dan Katadata Insight Center.

Dalam diskusi panel virtual bertema "Mendorong Adaptasi Digital Melalui Strategi Omnichannel” (27/10/2021), terungkap jika e-commerce di Indonesia diproyeksikan masih terus bertumbuh hingga 21 persen di tahun 2025.

Riset juga mengungkap, umumnya produk yang paling dicari dan dibeli adalah fesyen dan aksesoris. Untuk kanal dan promo belanja preferensi konsumen yaitu marketplace sejumlah 85,6 persen, diikuti dengan social commerce dan website brand.

Sementara promo masih menjadi alasan utama konsumen menggunakan marketplace.

1. Omnichannel diklaim bisa optimalkan jangkauan pasar

Ilustrasi Belanja E-commerce (IDN Times/Arief Rahmat)

Head of Katadata Insight Center (KIC), Adek Media Roza mengatakan, sejauh ini strategi untuk menghubungkan bisnis offline dan online adalah jalan keluar dalam menghadapi geliat ekonomi tahun depan.

“Strategi omnichannel membantu brand meningkatkan penjualan dan menjangkau konsumen yang lebih luas dan beragam. E-commerce enabler seperti SIRCLO membantu brand menjadi omnipresent melalui integrasi dengan beragam industri,” ujarnya.

Kesimpulan itu ia dapatkan berdasarkan hasil riset yang telah dibuat.

Sementara itu Komisaris SIRCLO, Triawan Munaf mengatakan, sekitar 74,5 persen konsumen tetap berbelanja secara offline dan online saat pandemi, walaupun lebih banyak memilih berbelanja online.

Triawan menjelaskan ada beberapa alasan mengapa strategi omnichannel penting bagi brand. Salah satunya karena strategi omnichannel sangat tepat diterapkan di masa pandemi dan seterusnya.

Brand membutuhkan sebuah strategi yang mengintegrasikan sumber daya offline dan online mereka. Konsumen di Asia Tenggara pun mulai menuntut adanya pengalaman berbelanja yang seamless di setiap platform,” kata mantan Kepala Badan Ekonomi Kreatif (2015-2019) ini.

2. Triawan Munaf yakin pasar 2022 memerlukan pergerakan offline dan online

IDN Times/Helmi Shemi

Strategi omnichannel, menurut Triawan sudah paripurna. Pasalnya, strategi ini menggabungkan kanal online dan offline mulai dari pembayaran, touch point penjualan, fulfillment & investaris, logistik dan pengiriman, ERP, dan pelanggan.

Menurutnya, pada 2022 e-commerce Indonesia akan bergerak bersama-sama (hand-in-hand) dengan toko offline.

“Akses untuk berbelanja online pun akan terdistribusi dengan lebih merata dari daerah Jawa maupun luar Jawa. Tidak dipungkiri, masa depan retail di Indonesia akan menjadi sebuah gabungan antara kanal belanja online dan offline,” tutur dia.

Baca Juga: KADIN: 2022 Masih Menjadi Tahun yang Penuh Ketidakpastian

Baca Juga: Dirut BRI Ajak UMKM Jadi Lokomotif Kebangkitan Ekonomi Indonesia

Baca Juga: 10 Drama Chat Toko Online Ini Menguji Kesabaran Penjual, Bikin Kesal!

Berita Terkini Lainnya