Menyulap Hil yang Mustahal, BTN Wujudkan Mimpi Rudi Punya Rumah Impian
Pekerja informal sekarang lebih mudah dapatkan rumah idaman
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lukisan pohon berwarna cokelat dengan latar tembok ungu menjadi sandaran Rudi bersama anak bungsunya, Analdi, di pagi hari. Di batang lukisan pohon tersebut menempel berbagai foto mulai dari pernikahan hingga foto keluarga yang dicetak dari kertas.
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB saat Rudi baru selesai mandi dan siap beraktivitas. Sambil menunggu sarapan yang dibuatkan sang istri, Vera, dia asik bercanda dengan Analdi sambil menonton kartun yang ditayangkan di televisi. Sementara anak sulungnya, Nadira, sedari fajar menyingsing sudah berpamitan untuk bermain di luar rumah.
Pempek baru selesai digoreng. Harum sedap ikan tenggiri menyeruak keluar dari arah dapur menuju ruang keluarga, menusuk hidung Rudi dan Analdi. Mereka tak sabar menyantap sarapan pagi sebelum beraktivitas. Rudi akan pergi bekerja sebagai pengemudi ojek online. Sedangkan Analdi sudah menyiapkan sepatu sepak bola di depan pintu rumah, hendak bermain bola di lapang perumahan bersama teman sebaya.
"Ya gini saya paling berangkat narik ke Bandung jam 08.00 atau jam 09.00 WIB. Main dulu sama anak baru berangkat. Siangan jalannya biar gak macetlah," kata Rudi saat berbincang dengan IDN Times di rumahnya, Miggu (5/2/2023).
Setiap hari Rudi pergi bekerja dari rumahnya di Perumahan Gria Panorama Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Perumahan ini merupakan proyek untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) atau rumah subsidi dari pemerintah.
Perjalanan dari rumah menuju tempat dia menunggu orderan di sekitar Jalan Parakan Saat, Kota Bandung, memang tidak dekat. Jaraknya hampir 23 kilometer (km) atau sekitar 60 menit menggunakan sepeda motor. Aktivitas ini hampir setiap hari dilakukannya demi menafkahi keluarga.
"Mungkin memang jauh kerja dari rumah sekarang. Karena kalau dulu ngontrak di sekitar Antapani. Tapi kan sekarang punya rumah sendiri walaupun kecil tapi sudah milik," ungkapnya
Sejak 2019 Rudi sudah membeli rumah ini. Awalnya dia melihat iklan pembangunan rumah bersubsidi dari media sosial Facebook (FB). Saat itu ada informasi yang memperlihatkan Bank BTN bekerja sama dengan developer membangun perumahan di sekitar Sumedang.
Persyaratan yang mudah dan dana pertama (DP) hanya Rp1 juta membuatnya tergiur. Membicarakan tentang rumah tersebut dengan istri, Rudi kemudian diantar saudaranya melihat lokasi perumahan ini.
Ketika pertama kali sampai, rasanya memang cukup jauh. Jalanan yang menanjak ke arah Cimanggung sekitar 3,5 Km dari Jalan Raya Rancaekek, Kabupaten Bandung. Namun, setelah sampai di perumahan tersebut dia merasa cocok. Alasannya, tanah tersebut bukan urugan dan airnya mengalir deras serta jernih meski sedang musim kemarau. Dia lantas menguatkan diri bahwa perumahan ini akan menjadi pijakan berikutnya dalam perjalanan bersama keluarga.
"Saya merasa mantap ambil rumah ini. Istri juga tidak mengeluh dan siap ikut saya pindah rumah dari kontrakan," kata Rudi.
Tak lama, dia lantas bertemu dengan pihak pemasaran dan bank BTN untuk membeli rumah di Perumahan Gria Panorama. Pembangunan rumah pun diselesaikan dalam waktu enam bulan.
Baca Juga: Perhatikan 5 Hal ini Sebelum Membeli Rumah Subsidi
Baca Juga: Sedih, Pekerja Informal RI Masih Kesulitan Dapat KPR Subsidi
1. Lebih hangat kala berkumpul dengan keluarga di rumah sendiri
Ketika awal mula mengambil rumah ini, Rudi tidak bekerja sebagai pengendara ojek online, melainkan cleaning service (jasa pelayanan kebersihan). Saat itu gaji yang diterimanya sekitar Rp3 juta per bulan.
Meski penghasilannya tidak besar, tapi kemudahan yang diberikan BTN melalui pembiayaan rumah murah membuat Rudi bisa membeli satu unit rumah. Cukup membayar tambahan Rp2 juta, pengembang kemudian membangun rumahnya dalam jangka waktu sekitar enam bulan. Setelahnya, dia melakukan akad untuk kredit pemilikan rumah (KPR) Rp12 juta. Rudi mengambil jangka kredit 15 tahun.
Karena butuh pemasukan yang lebih untuk membayar cicilan KPR dan kebutuhan rumah lainnya. Rudi memutuskan untuk beralih menjadi pengendara ojek online. Dari cerita teman pendapatan ojek lebih besar ketimbang cleaning service. Pada 2019, Rudi pun mampu meraup Rp5 juta pendapatan kotor setiap bulannya. Itu belum ditambah dengan pemasukan dari kebaikan hati konsumen yang suka memberikan tip.
Dari pemasukan ini dia mampu membayar cicilan setiap bulan yang hanya Rp1 juta. Rudi semakin sumringan di tahun pertamanya menempati rumah ini karena ada bantuan dari pemerintah.
Periode 2020, setiap warga yang membeli rumah akan mendapatkan subsidi bantuan sekitar Rp4 juta per tiga bulan. Dana ini kemudian digunakan Rudi untuk mereovasi rumah mulai dari memasang kanopi di bagian depan hingga belakang. Sayangnya bantuan itu kemudian sirna hanya dalam setahun berjalan.
Petaka pun kemudian menghampiri Rudi ketika pandemik COVID-19 menerjang Indonesia. Berbagai aturan untuk menjaga protokol kesehatan membuat pendapatan ojek online menurun drastis. Sejak 2020 akhir dia hanya mampu mengantungi uang Rp3,5 juta. Uang ini bisa naik ketika ada tip dari konsumen, tapi itu pun tidak banyak.
Uang yang didapat Rudi pun kemudian harus disetorkan ke Bank BTN untuk membayar cicilan rumah. Dia tak membayarnya menggunakan secara online (daring) melalui aplikasi, tapi langsung datang ke bank dan membayarnya secara cash.
"Sejauh ini tidak ada masalah dari Bank BTN walaupun saja kerja jadi ojek online. Asalkan cicilan masuk terus. Alhamdulillah, kerjaan saja cuman ngojek juga tetap bisa dapat rumah," ungkap Rudi.
Meski penghasilannya sekarang pas-pasan di saat pandemik mulai surut, Rudi tak mempersoalkannya. Satu hal yang membuat dia tetap nyaman bekerja pergi pagi pulang malam, adalah saat berkumpul dengan keluarga di rumah.
Dulu saat tujuh tahun mengkontrak, Rudi hanya menjadikan rumahnya sebagai tempat tidur. Ukuran kontrakan yang hanya 3x3 meter membuat dia dan keluarga tidak bisa melakukan aktivitas lain. Namun sekarang, Rudi bisa bermain dengan anak di ruang tengah atau di halaman depan. Memasak bersama istri pun menjadi kegiatan lainnya saat berada di rumah.
"Saya pernah pas kerja tidak pulang karena enggak dapat banyak orderan. Sayang kalau pulang uang habis buat bensin. Terus jadinya menginap di rumah saudara tiga hari. Tapi tetap saja ternyata lebih nyaman di rumah sendiri bertemu anak istri dibandingkan di rumah orang," ungkap Rudi.
Raya syukur memiliki rumah pun diakui Vera. Bekerja sebagai ibu rumah tangga, dia mengurus kedua anaknya. Sesekali Vera berjualan makanan dari rumah untuk menambah uang dapur. Namun, sekarang kondisi kesehatan Vera kurang baik sehingga dia harus menghentikan usahanya.
Sebagai orang asli Kota Bandung, tinggal di daerah Cimanggung, Sumedang, memang menjadi sesuatu yang janggal di awal kepindahan. Biasa berada di tempat yang ramai, kemudian sekarang rumahnya jauh dari keramaian kota, sesekali membuat Vera kecil hati.
"Ya namanya berkeluarga dan ingin punya rumah sendiri pasti ada suka dukanya. Mungkin sekarang kalau mau belanja atau sesuatu cukup jauh, tapi saya juga senang karena akhirnya punya rumah sendiri sama suami dan anak-anak," kata Vera.
Meski jauh dari perkotaan, tapi perumahan subsidi di sini sudah ramai. Kedekatan tetangga pun amat rukun menambah kehangatan kawasan perumahan ini. Vera amat berharap semakin banyak fasilitas yang dibangun di sekitar perumahan sehingga berbagai kebutuhan bisa dijangkau dengan mudah dan murah.
Baca Juga: Millennial Gaji UMR Mau Punya Rumah Idaman? Ikuti Tips Ini Yuk!
Baca Juga: Meski Saldo Nol Rupiah Pekerja Ojol Masih Bisa Tidur Nyenyak di Rumah KPR